News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Bangkitnya Partai Masyumi Reborn, Antara Perjuangan Ideologi atau Kepentingan Politik Pragmatis

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wildan Mutaqin Presiden Mahasiswa BEM UMJ

Di satu sisi, ada keinginan untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan Islam yang inklusif dan berkeadilan.

Namun di sisi lain, pragmatisme politik tampak jelas dalam strategi mereka menggunakan nama besar Masyumi untuk menarik perhatian publik.

Masa depan Masyumi Reborn sangat bergantung pada sejauh mana partai ini mampu menyeimbangkan antara ideologi dan pragmatisme, serta bagaimana mereka menjawab tantangan sosial-politik yang dihadapi Indonesia saat ini.

Untuk memastikan keberhasilan, Masyumi Reborn harus mampu membangun koalisi yang luas di antara umat Islam dan menawarkan agenda yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Jika tidak, mereka berisiko menjadi partai kecil yang hanya dikenal karena nama besar sejarahnya

tanpa memberikan dampak nyata bagi bangsa. Dalam politik, keberlanjutan dan relevansi adalah kunci, dan Masyumi Reborn harus membuktikan bahwa mereka tidak hanya menjadi pengingat masa lalu, tetapi juga bagian penting dari masa depan Indonesia.

Partai Masyumi Reborn dalam Isu Politik Identitas?

Partai Masyumi Reborn, yang didirikan pada 7 November 2020, merupakan sebuah upaya untuk menghidupkan kembali ideologi politik Islam yang pernah berjaya di Indonesia pada era 1940-an dan 1950-an.

Di tengah dinamika politik Indonesia yang semakin terpolarisasi, kebangkitan Masyumi Reborn tentu tidak lepas dari konteks politik identitas yang semakin mendominasi di ruang publik.

Politik identitas, yang mengedepankan perbedaan berdasarkan agama, suku, ras, dan golongan (SARA), telah menjadi alat penting dalam menarik dukungan politik, khususnya dalam kalangan umat Islam.

Oleh karena itu, Partai Masyumi Reborn dihadapkan pada tantangan besar untuk menentukan posisinya dalam menghadapi isu politik identitas yang semakin tajam.

Masyumi, yang pertama kali didirikan pada 1945, dikenal sebagai partai yang memperjuangkan politik Islam dan cita-cita negara yang berdasarkan nilai- nilai agama.

Pada masa itu, Masyumi mampu menggalang kekuatan politik yang signifikan, bahkan menjadi salah satu partai besar yang memiliki pengaruh di kalangan umat Islam.

Namun, setelah pembubarannya pada 1960 oleh Presiden Sukarno, partai ini tidak pernah kembali lagi ke panggung politik Indonesia, meskipun ada upaya-upaya untuk menghidupkannya kembali.

Kebangkitan Masyumi Reborn bisa dilihat sebagai respons terhadap penurunan perolehan suara partai-partai Islam dalam pemilu-pemilu terakhir, serta kegelisahan sejumlah kelompok Islam yang merasa terpinggirkan dalam politik Indonesia.

Partai ini menawarkan kembali ideologi yang kuat dan mengedepankan nilai-nilai Islam sebagai landasan utama perjuangannya. Dalam konteks ini, politik identitas berbasis agama menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari strategi yang diterapkan oleh Masyumi Reborn.

Menggunakan simbol dan sejarah partai Masyumi yang ikonik, partai ini mencoba membangkitkan kembali semangat umat Islam dalam berpolitik dan menegaskan eksistensi politik Islam di Indonesia.

Namun, penggunaan identitas agama sebagai basis mobilisasi politik tidak lepas dari tantangan besar.

Politik identitas berbasis agama, meskipun bisa efektif dalam menarik dukungan dari kelompok tertentu, berisiko memperburuk polarisasi di masyarakat yang sudah semakin terfragmentasi.

Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas Muslim tetapi juga dengan keberagaman suku dan agama yang besar, membutuhkan politik yang inklusif dan mampu menyatukan seluruh elemen masyarakat, bukan memecah belah berdasarkan garis identitas sempit.

Oleh karena itu, Masyumi Reborn harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam politik identitas yang eksklusif, yang dapat menciptakan ketegangan sosial dan memperburuk polarisasi di tingkat nasional.

Itu bisa kita lihat dalam sejarah politik identitas berbasis agama menjadi semakin intensif, terutama setelah Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017, di mana isu agama menjadi senjata utama dalam membangun narasi politik.

Akibatnya, masyarakat menjadi terfragmentasi, dengan identitas agama sebagai garis pembatas yang memperkuat polarisasi sosial. Dampak politik identitas yang berlebihan sangat merugikan.

Polarisasi yang terjadi tidak hanya merusak persatuan bangsa, tetapi juga menciptakan ketegangan sosial yang berpotensi memicu konflik horizontal.

Dalam jangka panjang, praktik ini dapat mengurangi rasa saling percaya antar kelompok masyarakat, melemahkan kohesi sosial, dan menurunkan kualitas demokrasi. Politik identitas yang eksklusif juga sering kali menutup ruang dialog dan kerja sama antara kelompok-kelompok berbeda, yang seharusnya menjadi fondasi utama dalam membangun bangsa yang majemuk.

Di sisi lain, keberadaan Masyumi Reborn juga memberikan peluang untuk memperkenalkan politik Islam yang moderat dan inklusif. Jika partai ini mampu mengedepankan nilai-nilai Islam yang mengajarkan toleransi, keadilan, dan persatuan, maka ia dapat menjadi kekuatan yang memperkuat moderasi dalam politik Indonesia.

Dengan mengambil inspirasi dari ideologi Masyumi yang lebih terbuka pada pluralisme dan kesatuan nasional, Masyumi Reborn bisa menjadi partai yang tidak hanya memperjuangkan kepentingan umat Islam, tetapi juga menjadi jembatan bagi seluruh kelompok masyarakat untuk bekerja bersama dalam menciptakan Indonesia yang lebih adil dan sejahtera.

Namun, tantangan besar bagi Masyumi Reborn adalah bagaimana menghindari penggunaan politik identitas yang sempit dan lebih memilih pendekatan yang inklusif.

Dalam dunia politik yang semakin terpolarisasi, di mana identitas agama sering kali digunakan untuk memecah belah, Masyumi Reborn harus mampu menunjukkan bahwa mereka tidak hanya bertujuan untuk menggalang kekuatan berdasarkan agama, tetapi juga untuk memperjuangkan nilai-nilai universal yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Jika partai ini mampu menawarkan visi yang lebih inklusif dan moderat, maka mereka dapat memainkan peran penting dalam menciptakan politik Indonesia yang lebih seimbang dan harmonis.

Selain itu, Masyumi Reborn juga harus menanggapi kritik yang muncul terkait potensi penggunaan agama sebagai alat untuk meraih kekuasaan. Beberapa pihak melihat kebangkitan partai ini sebagai upaya untuk meraih kekuasaan dengan memanfaatkan sentimen agama, yang dapat memunculkan kecemasan akan pembentukan politik identitas yang lebih eksklusif.

Oleh karena itu, penting bagi Masyumi Reborn untuk menegaskan bahwa mereka hadir bukan hanya untuk kepentingan kelompok tertentu, tetapi untuk memperjuangkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Secara keseluruhan, keberadaan Masyumi Reborn di tengah isu politik identitas bisa menjadi faktor yang memecah atau menyatukan, tergantung pada bagaimana partai ini mengelola narasi politik yang diusungnya.

Jika partai ini dapat berpegang teguh pada prinsip moderasi dan inklusivitas, Masyumi Reborn dapat menjadi kekuatan yang memperjuangkan nilai-nilai agama yang mendukung keberagaman dan persatuan, dan pada gilirannya, mengurangi ketegangan politik identitas yang selama ini memecah belah masyarakat Indonesia.

Kebangkitan Partai Masyumi Reborn di Indonesia membawa diskursus tentang politik Islam dan identitas kembali ke panggung politik nasional.

Masyumi Reborn mencoba menghidupkan kembali cita-cita ideologis yang pernah diusung oleh partai Masyumi pada era awal kemerdekaan, dengan fokus pada politik Islam yang inklusif dan berpihak pada kepentingan umat.

Namun, di tengah ketegangan sosial dan politik yang semakin dipengaruhi oleh politik identitas, kebangkitan partai ini harus dilihat secara kritis dalam konteks tantangan dan peluang yang ada.

Politik identitas, yang semakin menguat dalam beberapa tahun terakhir, telah memecah masyarakat Indonesia berdasarkan perbedaan agama, suku, ras, dan golongan. Fenomena ini berisiko memperburuk polarisasi sosial yang sudah cukup tajam.

Dalam situasi seperti ini, partai-partai berbasis agama, termasuk Masyumi Reborn, memiliki potensi untuk menjadi kekuatan yang mendorong umat Islam untuk bersatu.

Namun, di sisi lain, ada potensi bahwa mereka akan terjebak dalam politik identitas yang eksklusif, yang hanya mengutamakan kepentingan satu kelompok dan menciptakan jarak dengan kelompok lain.

Kebangkitan Masyumi Reborn membawa semangat untuk kembali memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam politik, tetapi dengan syarat bahwa perjuangan tersebut tidak hanya berfokus pada mobilisasi identitas agama. 

Sebagai partai politik, Masyumi Reborn harus mampu membedakan dirinya dari partai-partai Islam lainnya dengan mengedepankan politik yang moderat, inklusif, dan tidak memecah belah masyarakat. Mengambil inspirasi dari sejarah

Masyumi yang lebih terbuka pada pluralisme dan kesatuan nasional, partai ini memiliki potensi untuk memainkan peran penting dalam meredakan ketegangan yang disebabkan oleh politik identitas. Namun, tantangan terbesar yang dihadapi oleh Masyumi Reborn adalah bagaimana mereka dapat menghindari perangkap politik identitas yang sempit.

Dalam politik Indonesia yang semakin terpolarisasi, memperjuangkan agenda politik berbasis agama dengan cara yang terlalu eksklusif berisiko memperburuk polarisasi dan memperkuat perpecahan antar kelompok.

Oleh karena itu, penting bagi Masyumi Reborn untuk membangun narasi yang menyatukan, yang tidak hanya mengutamakan kepentingan umat Islam, tetapi juga menghargai keberagaman Indonesia sebagai bangsa majemuk.

Selain itu, Masyumi Reborn harus mampu membuktikan bahwa kebangkitan mereka bukanlah sekadar upaya untuk meraih kekuasaan dengan memanfaatkan sentimen agama.

Masyumi Reborn harus mengedepankan program-program politik yang relevan dan memberi manfaat nyata bagi seluruh masyarakat, bukan hanya bagi segmen tertentu.

Dengan menawarkan solusi konkret dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan pemberdayaan sosial, Masyumi Reborn dapat menjadi kekuatan politik yang membawa perubahan positif di Indonesia.

Dalam perspektif lebih luas, kebangkitan Masyumi Reborn bisa berfungsi sebagai panggilan untuk mengingatkan pentingnya moderasi dalam politik Islam di Indonesia. 

Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia membutuhkan politik Islam yang moderat dan tidak terjebak pada ekstremisme. Masyumi Reborn memiliki peluang untuk memainkan peran dalam memperkenalkan politik Islam yang berbasis pada nilai-nilai universal, seperti keadilan, kesetaraan, dan toleransi.

Secara keseluruhan, masa depan Masyumi Reborn sangat bergantung pada bagaimana mereka mengelola politik identitas dalam konteks Indonesia yang plural.

Jika partai ini dapat menunjukkan komitmen pada moderasi dan inklusivitas, mereka bisa menjadi kekuatan yang memajukan persatuan bangsa.

Sebaliknya, jika terjebak dalam politik identitas yang sempit, mereka berisiko memperburuk ketegangan sosial yang sudah ada.

Oleh karena itu, Masyumi Reborn harus menjadi partai yang tidak hanya berbicara tentang politik agama, tetapi juga tentang politik yang membangun kesatuan bangsa Indonesia yang beragam.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini