Usai anaknya diletakkan di tempat itu, Royhan mendapatkan anjuran dari staf atau perawat yang ada untuk meninggalkan bayinya pulang.
"Saya disuruh pulang, mereka bilang sudah pak bisa pulang nanti kalau perlu ASI kami beri kabar. Lalu saya pulang. Hari ini jam 08.00 WIB saya ditelepon pihak rumah sakit mereka bilang anak saya kondisinya darurat," kisahnya.
Sampai di rumah sakit pukul 09.00 Royhan sudah melihat anaknya tak bernyawa di atas boks yang sama seperti tadi malam ia mengantar.
Anaknya lemas terkulai, namun pihak rumah sakit tidak memberikan konfirmasi apapun.
"Salah seorang staf mengatakan anak bapak tidak bisa bernafas, badannya dingin, lalu kuning-kuningan. Dia hanya bilang begitu, tidak mengatakan apa-apa."
"Saya curiga anak saya tidak diletakkan di insulator seperti anak yang terlahir prematur lainnya. Buktinya dia di boks yang sama seperti yang saya lihat semalam," ujarnya menahan tangis.
Atas kejadian ini pihak keluarga Royhan tak terima.
Beberapa anggota datang untuk meminta kejelasan mendatangi IRNA Anak.
Belum lagi, ibunda Royhan yang syok dengan kejadian itu tak berhenti berteriak mengancam.
Royhan sebagai ayah almarhum Zafran menuturkan akan mengusut tuntas ketidak adilan yang anaknya terima.
"Saya akan tuntut pihak rumah sakit atas kelalaian ini. Saya tidak mempersoalan anak saya meninggal, itu sudah takdir. Tapi saya nggak terima cara dia mati seperti ini, seolah-olah disia-siakan," tegasnya. (*)