Pebisnis di Indonesia Wajib Memahami Makna Dankai no Sedai
PM Shinzo Abe baru saja berkunjung ke Indonesia. Kerjasama kedua negara diharapkan semakin erat lagi setelah
Editor: Widiyabuana Slay
TRIBUNNEWS.COM - PM Shinzo Abe baru saja berkunjung ke Indonesia. Kerjasama kedua negara diharapkan semakin erat lagi setelah kungan tersebut. Bahkan pemerintah Jepang telah meminta Indonesia untuk mendukung pencalonan Tokyo sebagai tempat Olimpiade 2020.
Sementara itu, di dunia bisnis memang masih terbuka kesempatan luas dengan Jepang. Tahun-tahun belakangan ini dimulainya Dankai no Sedai, saat pensiun dimulai bagi orang Jepang yang banyak lahir di tahun 1947 (generasi baby-boomers) setelah perang dunia kedua.
Artinya, banyak pensiunan Jepang mencari tempat pensiun di hari tua bukan hanya di dalam Jepang tetapi juga di luar Jepang. Untuk itu penulis telah menerbitkan sebuah buku "Balito de kimama ni longstay" dalam bahasa Jepang, khususnya untuk mereka yang mau menghabiskan masa pensiun di Bali.
Indonesia khususnya Bali menjadi sasaran yang dapat kita jual sebaik mugkin kepada orang Jepang. Buku tersebut berisi segala macam info mengenai Bali bagi orang Jepang yang ingin menikmati masa tuanya di Bali.
Hal lain apa saja yang mesti diperhatikan untuk menangkap peluang ini? Banyak sekali. Sektor pariwisata sudah pasti. Hotel, resort, restoran, tempat hiburan, tempat pariwisata dan sebagainya.
Sektor pertanian juga berpeluang tinggi. Orang Jepang yang memilih masa pensiun di Bali atau di tempat lain di Indonesia ingin ada kegiatan di hari tua. Mereka mengisi hari tua dengan bercocok tanam baik di tanah pertanian maupun di kebun. Menanam bunga, pohon buah-buahan dan sebagainya.
Buah-buahan dan sayuran sangat enak di Indonesia dan relatif murah. Produk ini akan menjadi sasaran empuk bagi orang Jepang. Ibaratnya balas dendam. Di Jepang sangat sedikit, kalau pun ada, produk impor dan tak begitu enak serta mahal sekali.
Kemudian kita tengok bidang olahraga. Misalnya selancar, berlayar, menyelam dan sebagainya.Dengan demikian sektor produk olahraga pun berpotensi besar manargetkan orang Jepang.
Sektor lain adalah peralatan rumah tangga seperti furniture, perlengkapan dapur dan sebagainya. Produsen di Indonesia sudah bisa membuat lemari es, kipas angin, kompor, pendingin (AC) dan peralatan rumah tangga lain. Semua itu bisa dipasarkan kepada orang Jepang yang memutuskan ke Bali untuk hari tuanya.
Terpenting dari semua ini adalah pelayanan manusia. Jasa tenaga perawat sangat penting. Mengapa mereka ke luar Jepang? Karena tenaga perawat di dalam Jepang sangat mahal. Hitungan per jam senilai 3.000 yen atau sekitar Rp 300 ribu Padahal mereka harus terus memperhatikan orangtua sedikitnya 8 jam sehari. Berarti satu hari saja kita perlu uang Rp 2,4 juta untuk satu perawat. Mungkin gaji manajer di Indonesia satu bulan.
Apabila sudah bicara soal perawatan, maka obat dan dokter juga tak kalah penting. Bagi dokter dan perawat mungkin mulai sekarang bisa memikirkan untuk tinggal di Bali. Asal semua itu harus diimbangi dengan komunikasi yang baik, belajar dan berbicara bahasa Jepang. Komunikasi dengan bahasa Jepang akan semakin memperlancar semua usaha dan bisnis dengan Jepang.
Jadi sesungguhnya banyak sekali potensi dapat digarap dengan target orang Jepang, asal saja dapat berkomunikasi dalam bahasa mereka. Inilah salah satu nasionalisme orang Jepang, bangga menggunakan bahasanya sendiri, siapa pun, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Jika ada pertanyaan seputar bisnis, silakan kirim email ke info@promosi.jp.
Terkait Bisnis Jepang Klik:
http://www.tribunnews.com/topics/tips-bisnis-jepang
*) Penulis adalah CEO Office Promosi Ltd, Tokyo Japan, berdomisili dan pengalaman 20 tahun di Jepang.