Warga asal Medan Masuk Deretan Orang Terkaya di Jepang
Seorang pemuda merasa kesal lama tidak diberangkatkan ke Jepang. Perusahaan
Editor: Widiyabuana Slay
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pemuda merasa kesal lama tidak diberangkatkan ke Jepang. Perusahaan Pengirim tenaga kerja menjanjikan akan segera mengirimkan, tetapi setahun dua tahun terlewati tanpa ada realisasi, penuh dengan janji.Padahal dia sudah menyogok 32 juta rupiah kepada oknum dengan menjual sawahnya. Kesal sekali dia mengeluh kepada penulis.
Sementara tenaga kerja yang ada di Jepang penuh dengan kesengsaraan karena tidak bisa berbahasa Jepang dengan baik dan kini menjadi illegal karena segan pulang ke tanah air. Berbagai macam pekerjaan dilakukan, yang penting tidak kembali ke tanah air dan melihat Indonesia negerinya sendiri semrawut, sulit bekerja dan malu karena menganggap gagal dalam pengelanaannya ke Jepang. Akhirnya terdampar tidak berketentuan di negeri Sakura .
Di tempat lain seorang Indonesia merasa mau mati karena dingin luar biasa di Jepang. Benar, khususnya Desember, Januari dan Februari adalah bulan-bulan paling dingin di Jepang dan paling banyak orang yang meninggal dunia tidak tahan dingin, di samping juga penyakit yang sulit sembuh di musim dingin.Orang lanjut usia paling banyak meninggal di bulan Februari. Bulan ini.
Itulah selintas gambaran atau profil wajah tenaga kerja Indonesia, sebagian, yang ada di Jepang saat ini. Penuh dengan ketidaktentuan, ancaman alam, penderitaan, dan seolah tidak memiliki masa depan karena menjadi pekerja ilegal.
Bahkan tidak heran ada yang terluka menjadi cacat, jari terpotong mesin di sebuah pabrik, tapi tak mendapat penggantian yang berarti karena status dia pekerja ilegal. Bukan karena perusahaan tak mau membawa ke rumah sakit, tetapi Perusahaan yang mempekerjakan orang itu pun cacat hukum mempekerjakan tenaga kerja yang ilegal, sehingga apabila dibawa ke rumah sakit Perusahaan akan kena sanksi hukum yang berat seandainya ketahuan hal tersebut.
Semangat atau keinginan untuk ke Jepang besar sekali saat ini. Tidak sedikit yang tidak bisa sabar menunggu waktu agar bisa diberangkatkan ke Jepang. Tidak sedikit yang menjual sapi dan sawah untuk menyediakan uang sogokan bagi para perusahaan pengirim jasa tenaga kerja di Indonesia. Bahkan tidak sedikit yang dibohongi, setelah keluar jutaan rupiah, bos perusahaan itu kabur entah ke mana.
Kerugian di dalam negeri sudah cukup banyak, sementara yang menjadi tenaga kerja ilegal di Jepang pun sudah ribuan jumlahnya dan penuh dengan tanda tanya masa depan kehidupan mereka. Mau jadi apa saya ini? Begitulah kira-kira kata-kata yang bergaung di telinga mereka saat ini.
Sementara yang berhasil bekerja di Jepang dapat dihitung dengan jari. Bahkan ada satu anak Indonesia asal Medan kini menjadi salah satu orang terkaya di Jepang. Kekayaannya sekitar sembilan miliar yen atau sekitar Rp 900 miliar . Apabila uang itu dimasukkan ke bank di Indonesia dengan bunga 0,5 persen sebulan berarti penghasilan dari bunga bank saja di Indonesia mencapai Rp4,5 miliar sebulan. Mungkin sampai kapan pun tak akan habis dipakai oleh anak cucunya.
Satu warga Indonesia lagi sempat menjadi seorang manager di sebuah perusahaan raksasa Jepang setingkat Toyota Motor Corporation. Namun karena membela isterinya, yang tak mau ke Indonesia, sahabat kita itu terpaksa harus mau mengundurkan diri dari Perusahaan besar tersebut. Padahal tingkat manager di induk Perusahaan di Jepang berarti President Director perusahaan Jepang di Indonesia. Sebuah posisi yang elite dan eksklusif tetapi juga penuh dengan tantangan luar biasa di persimpangan karirnya yang sedang memuncak pada posisi Manager.
Hal ini menunjukkan orang Indonesia bukan tidak mungkin menjadi orang berhasil di negeri Sakura. Hanya saja jumlahnya masih teramat sedikit dan dapat dihitung dengan jari kita.Termasuk orang pinter dengan empat gelar Doktor menjadi orang nomor dua di sebuah universitas bergengsi di Tokyto Jepang.
Sementara pimpinan perusahaan pemerintah Indonesia atau BUMN yang ada di Jepang memang berusaha kuat mempertahankan bahkan mengembangkan usahanya di Jepang. Tetapi selama ini tampaknya tidak ada yang menonjol dengan baik, tidak ada yang wah, tidak ada yang luar biasa.
Demikian pula usaha swasta dilakukan pribadi Indonesia yang memiliki Perusahaan di Jepang juga masih belum dapat dikatakan luar biasa hebat. Masih dalam kisaran biasa saja. Sementara di bidang sains, memang ada yang dapat dibanggakan karena menciptakan berbagai produk atau ilmu baru dalam karir studinya di Jepang.
Hal ini menunjukkan dan membuktikan bahwa pelajar Indonesia yang di Jepang sangat kreatif dan sangat dapat diandalkan sebagai pemimpin bangsa di masa depan karena memiliki kemampuan otak yang sangat baik, tidak kalah hebat dengan orang Jepang. Bahkan dapat penulis katakan, kita boleh bangga dengan kepintaran pelajar kita yang ada di Jepang dari dulu hingga sekarang. Sangat cocok apabila mereka diposisikan pada jabatan pimpinan di Indonesia.