Inflasi dan UMR Bakal Ganjal Penurunan Bunga Kredit
Mimpi konsumen untuk mendapatkan bunga murah dari perbankan masih jauh dari harapan
Penulis: Arif Wicaksono
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Mimpi konsumen untuk mendapatkan bunga murah dari perbankan masih jauh dari harapan, ditengarai sejumlah tantangan pada tahun ini seperti inflasi, dan kenaikan upah minimum regional atau UMR akan menjadi batu ganjalan bagi penurunan bunga perbankan.
Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama PT Bank BCA Tbk, (BBCA), mengatakan adanya sejumlah tantangan bagi industri perbankan. Seperti permasalahan permodalan yang akan dialami bank untuk bersaing dengan perbankan Asean di 2015. Apalagi perbankan juga masih menyiapkan infrastruktur seperti pembangunan cabang.
"Ini yang akan kami alami Meskipun Dana Pihak Ketiga (DPK) BCA naik signifikant, sebesar 14,8 persen dari Rp 323,4 triliun ke Rp 370,3 triliun, tetap tidak akan mampu menurunkan bunga, karena inflasi akan menaik, gaji karyawan akan naik, beban operasional akan naik karena kami akan menambah bank," katanya di Jakarta, Rabu (27/3/2013).
Selain itu faktor selanjutnya adalah nilai tukar rupiah yang semakin merosot, dan memberikan kerugian kepada perseroan. Padahal jika menerapkan bunga murah perbankan harus menyediakan likuiditas pendanaan dalam mata uang tunai yang praktis berbentuk rupiah.
Masalah operasional bank juga dialami BCA karena BCA harus membangun 60 cabang pada tahun ini. Jahja, tidak mau menyebutkan investasi per cabang yang akan digelontorkan BCA. Namun, jika memakai hitungan kasar Rp 1 miliar saja maka BCA membutuhkan dana sebesar 60 miliar, belum ditambah dengan gaji sejumlah karyawan di sejumlah cabang tersebut.
Sekadar catatan, Loan To Deposit Ratio (LDR) BBCA sendiri sudah mencapai 84,7 persen. LDR ini mendekati ketentuan BI dengan LDR mencapai 85 persen sampai dengan 110 persen. LDR akan semakin naik seiring dengan target kredit perseroan sebesar 18-20 persen pada tahun ini. Hal inilah yang akan coba dijaga Bank BCA.