Optimisme Hadapi AEC 2015
Sejumlah menteri yang mengisi forum bisnis Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XV Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Steven Greatness
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Sejumlah menteri yang mengisi forum bisnis Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XV Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) optimisme, Indonesia mampu bersaing di ASEAN Economic Community (AEC) 2015.
Optimisme para menteri didasari banyaknya peluang dalam negeri yang bisa dimanfaatkan para pengusaha, terutama Hipmi untuk merebut pangsa pasar tunggal ASEAN. Menteri yang mengisi forum bisnis sesi II antara lain Menteri Perumahan Rakyat Djan Fariz, Menteri Pertanian Suswono, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Menko Ekuin Hatta Rajasa, dan Wamen Parekraf Sapta Nirwandar.
Sedangkan dari kalangan pengusaha diisi oleh pendiri Hipmi Kalbar, Oesman Sapta Oedang, dan Dewan Pembina BPP Hipmi, Erwin Aksa, serta moderator Alex Hidayatu. Forum bisnis sesi II mengusung tema Sinergi Kebijakan dan Langkah Aksi Menjaga Ekosistem Ekonomi yang Kondusif dalam Menyambut ASEAN Economic Community (AEC) 2015 di Aston Hotel Pontianak and Convention Center, Selasa (11/6/2013).
Menteri Perumahan Rakyat (Menpera), Djan Fariz, mengatakan, penduduk Indonesia yaang belum mempunyai rumah ada sebanyak 13,5 juta jiwa penduduk dan setiap tahun properti dalam negeri tumbuh luar biasa, sebesar 800 ribu rumah.
"Dengan melihat bagaimana bisa bangun rumah untuk 13,5 juta rumah backlook, dari kacamata Hipmi ini adalah peluang. Tentu tantangannya adalah pertumbuhan properti yang luar biasa setiap tahunnya," ujar Menpera ketika mendapatkan kesempatan pertama memaparkan pandangannya di forum bisnis sesi II.
Fariz menambahkan, untuk membangun properti, 80 persen komponen produksinya berasal dari dalam negeri. Hal ini memberikan kesempatan usaha yang sangat luas bagi pengusaha. Peluang tersebut, menurutnya harus bisa dimaanfaatkan pengusaha lokal karena sangat diminati oleh investor asing.
Sebab kendala yang dhadapi asing selama ini adalah perizinan yang membatasinya agar peluang memihak pengusaha lokal. "Asing mau sekaligus, mereka mau kepastian hukum sekaligus 85 tahun, tidak mau 30 tahun masa berlaku perizinannya. Jika pengusaha kita siap, bisa kita ajukan aturannya ke DPR," jelasnya.
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, menyatakan banyak potensi dan peluang di sektor kehutanan yang bisa dimanfaatkan pengusaha lokal untuk berinvestasi. Alasannya pemerintah cenderung mengutamakan pengusaha lokal daripada investor asing.
"Di sektor kehutanan, sektor-sektor tersebut untuk pengusaha nasional, hampir semuanya tidak ada izin untuk asing berinvestasi di sektor ini," ujarnya.
Kesempatan yang sama, Menteri Pertanian, Suswono, mengatakan pangan akan menjadi peluang bisnis yang sangat besar, setiap negara harus memperkuat pangan mereka masing-masing. Jadi bisnis pangan menarik sekali, ketahanan pangan adalah kemandirian dan kedaulatan.
"Artinya, kita harus atur sendiri, kita akan diuntungkan karena musim kita musim tropis dan potensi sumber alam yang kaya, sehingga jadi peluang. Oleh karena itu, peluang ini harus dimanfaatkan pengusaha lokal," paparnya.
Menurut Suswono, persoalan saat ini adalah tenaga kerja dan sempitnya lahan yang dikuasai petani sehingga petani tidak akan sejahtera. Oleh karena itu, solusinya adalah gunakan potensi indutri saat panen.
"Yakni kembangkan industrisasi, kenapa harus barang mentah, jika bisa diolah. Dengan begitu akan tercipta lapangan kerja," tandasnya.
Hal sama dinilai Wamen Parekraf, Sapta Nirwandar. Ia menyatakan, Indonesia sangat siap menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015. Karena industri kreatif semakin berkembang sehingga memberikan peluang kepada pengusaha serta menciptakan lapangan kerja.
Sapta mencontohkan satu di antara industri kreatif yang berkembang adalah industri batik. "Batik sekarang termasuk harga yang mendasar. Batik juga mendorong pariwisata Kalbar. Karena itu, AEC 2015 tentunya kita siapkan lebih baik lagi," tuturnya.
Ia memberikan contoh lain bahwa industri kreatif mampu mendorong pariwisata adalah meningkatnya frekuensi penerbangan hampir di setiap daerah di Indonesia. Di Bali total penerbangan sekitar 30 kali flight per hari, Irian ada 3 flight yang dulunya tidak ada, Sumatera Selatan dulunya 7 kali flight sekarang 28 kali flight per hari.
Dengan semakin meningkatnya jumlah flight penerbangan, industri kreatif di daerah tersebut semakin tumbuh. Contohnya, Sumatera Selatan dari 7 kali menjadi 28 kali flight mengakibatkan empek-empek Palembang laris manis. Hal sama dapat dilakukan di Kalbar untuk mendorong industri kreatifnya.
"NTT dan Kalbar ada satu harta karun indutri kreatif yang oleh negara lain dimanfaatkan. Padahal sini (Pontianak) tepat dilintasi garis khatulistiwa yang bisa jadi sains center di Pontianak atau middle of the world," katanya. (sgt)