Sektor Pertanian Belum Jadi Target Perbankan
Sebagai negara agraris, idealnya, agrobisnis menjadi sektor andalan negara ini, termasuk Jabar. Akan tetapi, faktanya hingga kini,
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Sebagai negara agraris, idealnya, agrobisnis menjadi sektor andalan negara ini, termasuk Jabar. Akan tetapi, faktanya hingga kini, sektor tersebut masih mengalami sejumlah kendala. Satu di antaranya, dalam hal skema pembiayaan perbankan.
"Memang benar. Sampai sekarang, banyak perbankan yang enggan menggelontorkan untuk kredit pertanian," kata Dian Ediana Rae, Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Wilayah VI Jabar-Banten, Senin (1/7/2013).
Dian meneruskan, pihaknya paham mengapa perbankan masih enggan mengucurkan kredit bagi sektor pertanian. Satu di antaranya, jelas dia, berkaitan dengan risikonya. Menurutnya, dalam kredit, yang menjadi pertimbangan lembaga-lembaga perbankan bukan hanya agunan, melainkan risikonya.
"Sejauh ini, perbankan menilai risiko kredit sektor pertanian, termasuk peternakan masih tinggi. Hasil pertanian dan peternakan jarang stabil, kerap fluktuatif karena bergantung pada beberapa hal, satu di antaraanya, kondisi cuaca," lanjut Dian.
Meski begitu, tegasnya, pihaknya tetap berusaha keras untuk mendorong pertanIan. Karenanya, cetus Dian, pihaknya menyusun sejumlah rancangan dan rencana. Di antaranya, ungkap dia, mengoptimalkan lembaga-lembaga BUMN dan BUMD untuk mendorong sektor pertanian, termasuk peternakan.
Dian menjelaskan, strateginya, lembaga-lembaga BUMN dan BUMD itu menjadi intiplasma pengembangan pertanian dan peternakan. Tujuannya, jelas dia, mempermudah akses pembiayaan perbankan bagi pertanian dan peternakan. "Jadi, kami kira, perlu adanya revitalisasi BUMN dan BUMD sebagai upaya meningkatkan pertanian, termasuk di Jabar," sahut Dian.
Dian pun menyatakan, untuk meningkatkan penyaluran kredit, termasuk bagi pertanian dan peternakan, tidak ada salahnya, Jabar mengoptimalkan PT Jaminan Kredit Daerah (Jamkirda). "Itu supaya penyaluran kredit perbankan lebih optimal lagi," sambungnya.
Peningkatan kredit itu, sahutnya, harapannya, dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, tambahnya, juga sebagai penyikapan inflasi akibat naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.
"Saya kira, inflasi dapat menjadi tidak terlalu berpengaruh apabila tercipta pertumbuhan ekonomi. Karena itu, butuh upaya-upaya untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi. Di antaranya, ya meningkatkan sektor pertanian," pungkasnya. (win)