Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Telat Bayar Saham Inalum, Ini Denda yang Harus Ditanggung Indonesia

Janji pemerintah Indonesia selambatnya 19 Desember 2013 sudah mentransfer uang pembelian saham PT Inalum

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-in Telat Bayar Saham Inalum, Ini Denda yang Harus Ditanggung Indonesia
TRIBUNNEWS.COM/RICHARD SUSILO
Mikio Mizuguchi, President PT Inalum Asahan Aluminium. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang

TRIBUNNEWS.COM - Janji pemerintah Indonesia selambatnya 19 Desember 2013 sudah mentransfer uang pembelian saham PT Inalum Asahan Aluminium tetap dinantikan pihak Jepang. Apabila gagal bayar ada denda sesuai isi kontrak kesepakatan kedua pihak.

"Saya yakin pihak Indonesia akan menepati janji pembayaran jual beli saham Inalum tersebut," papar Mikio Mizuguchi, President PT Inalum Asahan Aluminium dalam wawancara khusus dengan Tribunnews.com, Rabu (11/12/2013) siang, di kantor Nippon Asahan Aluminium Co.Ltd (NAA) di daerah Kanda Tokyo.

Apabila terlambat membayar, pihak Indonesia diharuskan membayar denda, "Biasa kan dalam kontrak mana pun pasti ada klausula denda demikian," papar Moriaki Tanabe, Representative Director dan Acting President NAA juga khusus kepada Tribunnews.com siang ini.

Berapa besar denda tersebut, setelah diselidiki sana sini Tribunnews.com memperkirakan sekitar 44 juta dollar AS per tahun atau 3,67 juta dollar AS sebulan harus dibayarkan Indonesia apabila terlambat sebulan.

Dengan demikian sebenarnya saat ini walaupun kontrak jual beli telah ditandatangani bersama (9/12/2013), masih ada satu sisa transaksi yaitu penyelesaian pembayaran sesuai kontrak jual beli saham tersebut sebesar 556,7 juta dollar AS.

"Mudah-mudahan semua pembayaran berjalan lancar sesuai janji," tambah Mizoguchi lagi yang sudah tidak akan kembali ke Indonesia walaupun masih sebagai President PT Inalum sampai dengan pelunasan pembayaran kontrak yang ditandatangani Senin lalu.

Berita Rekomendasi

Mizoguchi merupakan salah satu "bapak pendiri" Inalum sejak awal perusahaan Januari 1975, yang sejak itu masih  menjadi staf teknis. Lalu pada tahun 2002-2007 dipercayakan menjadi President Inalum dan kembali lagi menjadi presiden sejak Juli 2012 sampai dengan sekarang.

Lha, mengapa dua kali jadi presiden? "Tidak tahu tanya saja pemegang saham, saya hanya mengikuti permintaan pemegang saham. Mungkin karena saya dianggap yang paling tahu mengenai Inalum makanya dipercayakan kedua kali," paparnya yang saat ini berusia 67 tahun, usia sudah harus pensiun di Jepang.

Ketika ditanya apabila ada permintaan kembali ke Indonesia, misalnya sebagai Advisor Inalum apakah bersedia, "Tak mungkin itu terjadi dan kalaupun ada permintaan, saya juga masih pikir-pikir karena usia sekarang sudah punya usia," paparnya.

Lagipula tambahnya, Inalum sangat baik dikelola orang Indonesia sendiri karena transfer teknologi sudah diberikan bahkan saat awal Inalum didirikan, sebanyak 100 tenaga Indonesia training di Jepang dan 50 orang kira-kira telah ke luar dan berhasil sukses bekerja di perusahaan luar Inalum. Sekitar 40 tersisa, kebanyakan telah pensiun dan kini hanya tersisa 2 orang yang pernah belajar ke Jepang tetap di Inalum sebagai yang paling senior.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas