Faisal Basri Geram Tuduhan Pelanggaran Pajak Asian Agri
Ekonom Faisal Basri mengungkapkan kegeramannya atas kasus tuduhan pelanggaran pajak dari Ditjen Pajak kepada Asian Agri.
Penulis: Danang Setiaji Prabowo
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Faisal Basri mengungkapkan kegeramannya atas kasus tuduhan pelanggaran pajak dari Ditjen Pajak kepada Asian Agri.
Seperti diketahui, Asian Agri dituduh memperkecil perolehan laba dengan cara memperkecil penerimaan dan memperbesar biaya. Saat ini, kasus tersebut masih dalam proses di pengadilan pajak setelah banding Asian Agri di PN Pusat ditolak.
Mengenai hal tersebut, Faisal menyatakan sangat sulit membayangkan seseorang diminta membayar pajak yang jumlahnya lebih besar dari laba yang diperolehnya.
"Ini tidak masuk akal. Ketidakmasuk akalan ini yang membuat saya gerap. Jangan sampai kita biarkan otoritas pajak itu ugal-ugalan. Kalau saya disuruh bayar pajak melebihi pendapatan saya, saya berontak. Kalau laba 100, bayar pajak 150, kan tidak masuk akal. Saya ingin mengangkat akal sehat," cetus Faisal di Wisma Nusantara, Rabu (18/2/2014).
Faisal menjelaskan jika benar tuduhan Ditjen Pajak, maka itu bisa terlihat dalam EBITDA (Earning Before Interest, Tax, Depreciation, and Amortization) Asian Agri. Sedangkan dari data penelitiannya, EBITDA Asian Agri masuk tiga besar dari enam perusahaan besar minyak sawit di Indonesia.
"Yang namanya orang pajak, di masa lalu menentukan kalian bayar pajak segini. Itu agar ada ruang untuk nego. Harusnya kalau ada perusahaan yang EBITDA-nya dibawah rata-rata, itu dulu yang diinvestigasi," bebernya.
"Saya pernah sampaikan ini di PN Pusat. Saya tidak tahu apa hasilnya jadi bukti. Saya ingin katakan, kalau terjadi kesalahan apalagi kesalahan itu sangat fantastis seperti yang dituduhkan Ditjen Pajak, akan tercermin dalam EBITDA. Ini EBITDA (Asian Agri) diatas rata-rata industri," tukasnya.