Jambu Kristal Serenyah dan Selembut Apel
PETANI jambu di Kabupaten Bandung mulai mengembangkan varietas baru yang diberi nama jambu kristal sejak tahun lalu
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Firman Wijaksana
TRIBUNNEWS.COM -- PETANI jambu di Kabupaten Bandung mulai mengembangkan varietas baru yang diberi nama jambu kristal sejak tahun lalu. Jambu klutuk tanpa biji yang bertekstur renyah dan lembut seperti apel ini mempunyai manfaat untuk perawatan tubuh.
Abdurahman Sidik (46), salah seorang petani jambu kristal di Kampung Babakan, Desa Cipinang, Kecamatan Cimaung, mengatakan, perawatan jambu kristal sama saja dengan perawatan jambu biji lainnya. Namun tidak boleh terlalu banyak pupuk yang mengandung unsur nitrogen yang biasanya ada pada pupuk kandang dari kotoran ayam.
"Jambu kristal ini punya beberapa keunggulan. Daging buahnya renyah dan manis. Selain itu, tidak ada bijinya. Saat dimakan pun rasanya akan mirip-mirip apel atau pir," kata Abdurahman saat ditemui di kebunnya, Rabu (7/5/2014).
Warna buah yang putih juga memberikan sejumlah manfaat kepada orang yang mengonsumsinya. Di antaranya dapat memutihkan kulit, memperlancar pencernaan, dan kaya akan vitamin C. Jambu kristal juga banyak diburu untuk perawatan tubuh.
"Sejauh ini yang saya tahu belum ada yang mengolah buah ini menjadi jenis makanan baru. Sementara ini buahnya langsung dikonsumsi. Namun mengonsumsinya memang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan," ujarnya.
Bentuk fisik jambu kristal tidak jauh berbeda dengan jambu getas atau biji merah. Namun jambu kristal memiliki lebih banyak serat dibanding jambu lainnya. Warnanya pun lebih kusam. Abdurahman saat ini tengah fokus untuk mempercepat panen jambu kristal.
"Bibit jambu kristal diokulasi dengan jambu getas merah, agar bisa cepat panen. Buah ini juga sudah menarik banyak permintaan dari pasar. Namun belum bisa saya penuhi," katanya.
Harga jambu kristal pun, kata Abdurahman, lebih mahal ketimbang jambu getas merah. Harga jual jambu kristal dari petani mencapai Rp 15 ribu per kilo. Bandingkan dengan harga jambu getas yang hanya Rp 3 ribu per kilo.
"Sekarang saja sudah ada yang meminta untuk mengekspor jambu kristal. Namun belum bisa dipenuhi karena panennya masih sedikit. Permintaan memang sudah banyak. Apalagi yang sudah pernah merasakan jambu ini," ujarnya.
Selain mengembangkan jambu kristal, Abdurahman juga tengah mengembangkan jambu mutiara merah. Bentuk fisik dan daging buahnya sama dengan jambu kristal. Bedanya adalah warna dagingnya yang merah.
"Jambu mutiara merah bibitnya masih langka. Saya juga baru memilikii lima belas pohon yang saat ini sudah berbuah, tapi masih kecil-kecil. Satu pohon bisa menghasilkan 100 biji," katanya.
Abdurahman menambahkan, selama lima tahun terakhir ia menanam jambu jenis getas merah. Selain dijual di pasar lokal, jambu getas yang ditanamnya pun telah diekspor ke Singapura dengan permintaan satu ton per minggu.
"Mudah-mudahan saja varietas jambu kristal ini juga nantinya bisa diekspor. Tentunya bisa meningkatkan taraf hidup kami para petaninya," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Bandung, Tisna Umaran, mengatakan, perkebunan jambu kristal milik rakyat di Kabupaten Bandung tersebar di tiga kecamatan, yakni Cimaung, Arjasari, dan Pasirjambu. Pengembangan varietas jambu kristal ini hasil Litbang Kantor Kementerian Pertanian.
"Jambu kristal ini cukup menguntungkan karena memiliki keunikan dari tekstur daging lebih tebal, renyah, tanpa biji dan lebih manis. Adapun kandungan vitaminnya sama dengan jambu getas merah atau jambu lainnya. Karena berbagai keunggulannya ini, varietas jambu kristal memiliki nilai ekonomi cukup tinggi," ujar Tisna.
Di supermarket, harga jambu kristal bisa mencapai Rp 25 ribu hingga Rp 28 ribu per kilo. Berbeda dengan jenis jambu lainya seperti varietas getas merah, rata-rata hanya dihargai Rp 7 ribu per kilo. Di Jabar pengembangan jambu kristal sudah dilakukan di beberapa daerah seperti Bogor, Sumedang, dan Majalengka. (*)