Pertumbuhan Industri Farmasi Asia Tenggara Lebih Tinggi Dibandingkan Global
Seiring pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan meningkatkan keuntungan perusahaan farmasi di Indonesia.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seiring pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan meningkatkan keuntungan perusahaan farmasi di Indonesia.
Belanja kesehatan di Indonesia diperkitakan akan mencapai US 21,7 miliar dollar tahun 2015 nanti, sementara pasar farmasi pontensial senilai US 80 miliar dollar tahun 2017 mendatang.
"Secara regional, pasar farmasi Asia Tenggara berkembang dalam tingkat yang lebih tinggi dari industri farmasi global dan terus berlanjut," kata Chris Kilbee, Group Director Pharma UBM Live saat pembukaan Convention on Pharmaceutical Ingredients South East Asia 2014 di Indonesia ke-3 di JI-Expo Jakarta, Selasa (20/5/2014).
Menurutnya, saat ini terjadi peningkatan harmonisasi di seluruh negara Asia Tenggara yang membuat wilayah ini menjadi pemain yang jauh lebih kuat di pasar global.
"Ini artinya meningkatkan kompetisi dan menjadi waktu yang ideal bagi pelaku industri farmasi internasional maupun supplier untuk masuk pasar ini," katanya.
UBM Live adalah penyelenggara Convention on Pharmaceutical Ingredients South East Asia (CPhl) 2014 di Indonesia ke-3 yang diselenggarakan mulai 20-22 Mei 2014 ini.
Rangkaian kegiatan pemeran diisi dengan seminar yang membahas tema mengatasi hambatan regulasi dan mempercepat prosedur pendaftaran, pengembangan dan peluang biosimilar dan strategi manufaktur farmasi.
Penyelenggaraan tahun lalu jumlah pengunjung mencapai 5.500 orang dari 51 negara, termasuk Amerika Serikar, India, Inggris, Jepang dan Rusia.
Tahun ini CPhl SEA diikuti 260 peserta dari 25 negara di dunia yang menampilkan produk bahan baku farmasi unggulan, mesin-mesin, perlengkapan dan produk kemasan. (Eko Sutriyanto)