Rencana Carrefour Buka Gerai di Gedung Smesco Ditentang Pelaku UKM
Masuknya peritel raksasa modern ini dianggap bertentangan dengan visi dan misi awal pembangunan gedung Smesco
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Trans Retail Indonesia, perusahaan yang menaungi hipermarket Carrefour, berencana masuk ke jantung ikon produk lokal usaha kecil dan menengah (UKM), yakni di kawasan kompleks Gedung Small and Medium Enterprises and Cooperatives (Smesco), Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.
Namun rencana itu di tentang para pelaku UKM. Masuknya peritel raksasa modern ini dianggap bertentangan dengan visi dan misi awal pembangunan gedung Smesco yang tak lain adalah lokomotif sekaligus acuan bagi pengembangan industri kreatif usaha kecil dan menengah (UKM).
Menurut Ngadiran, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), seharusnya pengelola Gedung Smesco membantu dan memfasilitasi para pedagang kaki lima yang berjualan di jalan agar bisa masuk dan berjualan ke Gedung Smesco.
Tintin Agustina, pengusaha kerajinan kain perca asal Bandung, yang sudah empat tahun memamerkan produknya di Smesco juga menilai rencana Carrefour masuk ke titik paling vital bagi pengusaha UKM ini kurang tepat. "Saya rasa aneh karena Smesco itu area untuk para UKM, kata Tintin.
Hendri Saparini, pengamat ekonomi yang juga menjabat sebagai Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, sangat menyayangkan jika sampai ritel modern diberi izin untuk membuka gerainya di pusat kawasan UKM tersebut. Ini menunjukkan pemerintah tidak serius mendukung perkembangan UKM.
Padahal, kata Hendri, Gedung Smesco itu dibangun dengan dana APBN yang tujuan awalnya adalah memperkuat eksistensi UKM dalam memasarkan dan mempromosikan produknya.
Hendri membandingkan dengan negara-negara lain. Ketika peritel modern berniat buka gerai, lokasinya jauh dari pusat perbelanjaan atau pusat UKM.
Ia mencontohkan pendirian gerai Carrefour di Korea sangat dibatasi untuk melindungi usaha kecil dan menengah lokal. Para pejabat Korea berbelanja di Lotte Mart yang banyak diisi produk UKM lokal untuk menunjukkan keseriusannya mendukung UKM.
Lain lagi di Jepang, Carrefour tidak tempatkan di pusat perbelanjaan seperti mal. Seharusnya, kata Hendri ritel modern tidak ditempatkan di pusat perbelanjaan, saat ini malah di setiap mal pasti ada ritel modern.
Seperti di China, mereka bangun mal-mal dan yang menempati sebagian besar adalah UKM.
Meskipun saat ini pemerintah memberlakukan alokasi produk lokal ke ritel modern sebesar 80%, menurutnya itu akan sulit terealisasi. Pasalnya, ritel modern seperti Carrefour, Hypermart, Giant, dan kawan-kawannya itu konsepnya menjual produk rumah tangga.
Dan produk rumah tangga buatan UKM itu sangat jarang sekali misalnya seperti sabun, sampo, makanan, itu hampir rata-rata buatan industri besar atau impor.
Jika buatan UKM rata-rata produk kerajinan, dan inilah yang harus diperhatikan pemerintah jika ingin produk lokal yang mendominasi ritel modern. "Jadi kalau pemerintah mau, dikuatkan dulu UKM-nya dan itu tidak sulit jika pemerintah memang niat, " kata Hendri.