Kopi Luwak Tangkupanparahu Diburu Pencinta Kopi dari Asia Hingga Eropa
SIAPA yang tidak kenal dengan kopi luwak? Pencinta dan penikmat kopi tentu sudah tidak asing dengan jenis kopi yang satu ini.
Editor: Sugiyarto
Produksi biji kopi luwak sama sekali tidak dapat diprediksi jumlahnya karena sangat bergantung pada hewan luwak yang hidup liar di alam.
Berbeda dengan biji kopi luwak yang dihasilkan oleh luwak yang hidup di penangkaran atau dikembangbiakkan.
Biji kopi luwak terbaik sangat terbatas jumlahnya karena petani tidak dapat memaksakan hewan luwak memakan kopi lalu membuang kotorannya.
Bila luwak ingin makan kopi dalam jumlah banyak, kemungkinan biji kopi yang berasal dari feses luwak pun akan cukup banyak.
Bila musang atau luwak tidak mau makan, kemungkinan para petani pun hanya gigit jari tidak mendapatkan feses musang yang sangat berharga tersebut.
"Limited itulah yang menjadikan kopi luwak mahal. Kopi luwak terbaik hanya dihasilkan oleh musang liar di alam, bukan musang yang dikandangkan," ujar pria yang juga membuka kafe kopi luwak di kawasan Cikole, Lembang, ini.
Salah satu jenis kopi luwak termahal adalah Kopi Luwak Tangkubanparahu. Disebut Kopi Luwak Tangkubanparahu karena kopi luwak dengan kualitas terbaik ini dihasilkan oleh musang liar alam yang hanya memakan kopi jenis arabika di wilayah pegunungan Tangkubanparahu, Kecamatan Lembang.
"Kopi Luwak Tangkubanparahu harganya mencapai Rp 2,5 juta per kilogram," ujar Sujud.
Meski di kawasan pegunungan Tangkubanparahu terdapat ratusan hektare lahan kebun kopi, tak ada jaminan pasokan atau produksi Kopi Luwak Tangkubanparahu melimpah ruah. Sujud menyebut, dalam sehari produksi Kopi Luwak Tangkubanparahu hanya mencapai 5 hingga 10 kilogram pada saat panen raya dan 3 hingga 5 kilogram pada hari-hari biasa.
Biji kopi yang dikumpulkan dari para petani itu kemudian diproses sedemikian rupa sebelum siap disajikan dalam cangkir atau dijual dalam bentuk biji kopi ataupun bubuk kopi siap seduh.
Dari 10 kilogram biji kopi luwak yang dikumpulkan petani, menurut Sujud, setelah melalui proses panjang, biji kopi akan mengalami penyusutan cukup signifikan.
"Setelah dikeringkan, misalnya dari 10 kilo sebagus-bagusnya paling hanya mendapatkan 40 persen karena ada penyusutan ketika proses pengeringan, pembuangan kulit dan disangrai, hampir sama dengan kopi pada umumnya," ujar pria yang juga bergelut di bidang media ini.
Kopi Luwak Tangkubanparahu seolah menjadi menu minuman wajib para pencinta kopi, baik dari dalam maupun luar negeri yang berkunjung ke Lembang.
Biasanya, para wisatawan meminum Kopi Luwak Tangkubanparahu di tempat. Namun karena langsung "jatuh cinta", mereka pun tak segan membeli Kopi Luwak Tangkubanparahu siap seduh.