Keuntungan Menjanjikan dari Bisnis Tutup Botol
Bagi beberapa produk, kemasan punya peran mempengaruhi tinggi rendahnya penjualan
Editor: Hendra Gunawan
Untuk satu buah tutup botol. Komaruddin mematok banderol seharga Rp 64. Jadi, dari tiap transaksi, ia mengantongi sekitar Rp 3 juta.
Komaruddin sudah memasarkan produknya ke beberapa pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Jawa dan Bali. Pesanan tutup botol akan ramai pada hari-hari menjelang liburan Lebaran dan Natal. Pesanan di masa itu bisa naik dua kali lipat daripada jumlah di hari-hari biasa. “Di saat-saat seperti itu, muncul usaha pembuatan makanan dan minuman skala UKM dan itu berpengaruh pada penjualan kami,” tutur dia.
Dalam sehari, kapasitas produksinya rata-rata mencapai 20.000 buah tutup botol. Dihitung-hitung, pemasukannya dari usaha ini mencapai Rp 40 juta saban bulan. Laba bersihnya cukup menggiurkan, karena bisa mencapai 50% dari omzet. “Ongkos produksi keseluruhan Rp 30 per tutup botol,” ungkap Komaruddin.
Pemain lain dalam bisnis pembuatan tutup botol ialah PT Antar Nusa Sakti Jaya (ANSJ) di Tangerang. Perusahaan ini sudah memproduksi tutup botol sejak tahun 2000.
Setidaknya ada dua jenis tutup botol yang diproduksi ANSJ, yakni crown caps (tutup mahkota) dan piller proof caps yang terbuat dari alumunium. Kebanyakan kliennya merupakan produsen di bidang makanan, minuman dan farmasi.
ANSJ mematok harga Rp 60 untuk tiap buah tutup botol tersebut. Dalam sebulan, pabrik ANSJ bisa memproduksi sekitar tujuh juta hingga sepuluh juta buah tutup botol.
Herry Ridwan, Marketing PT ANSJ, menuturkan bahwa permintaan untuk tutup botol dari tahun ke tahun rata-rata stabil. “Kalau pun ada kenaikan tidak terlalu signifikan,” ujarnya. Herry bilang setahun terakhir, terjadi kenaikan permintaan tutup botol hingga 10%.
Cari pasar dulu
Anda tertarik mencoba peruntungan di usaha ini? Komaruddin mengatakan, sama seperti banyak usaha, pasar merupakan hal utama yang harus diperhatikan dalam usaha pembuatan tutup botol.
Ini penting, karena harga jual produk ini terbilang mungil. Oleh sebab itu, produsen harus memastikan produknya akan laku dalam jumlah besar. Jika tidak, maka penjualan tidak akan cukup untuk menutup ongkos produksi.
Sebelum memulai pembuatan tutup botol, Komaruddin membutuhkan waktu persiapan selama enam bulan. Dalam masa persiapan ini, ia banyak menggali informasi soal kondisi pasar. Dia juga melakukan riset pasar untuk mencari daerah-daerah yang memproduksi minuman kemasan botol.
Dalam bisnis ini, Komaruddin juga menekankan pentingnya edukasi pada klien. Menurut dia, wawasan produsen produk makanan atau minuman mengenai kemasan masih minim. Untuk itu, sebagai pabrik pembuat tutup botol, ia merasa Nakita Adkom bertanggung jawab untuk menambah pengetahuan klien. “Kami arahkan, misalnya untuk jenis minuman tertentu, kemasan seperti apa yang cocok,” kata dia.
Idealnya, produsen tutup botol juga memproduksi minuman atau makanan dalam kemasan botol. Dengan demikian, klien bisa melihat langsung aplikasi dari edukasi yang diberikan oleh pabrik. “Makanya, biaya marketing dan branding untuk produk ini cukup besar,” ujarnya. Hasil pengamatan Komaruddin, pasar yang paling cocok untuk usaha pembuatan tutup botol adalah kota-kota besar.
Bila pasar sudah jelas, langkah berikutnya ialah mempersiapkan tempat usaha dan mesin serta peralatan untuk membuat tutup botol. Komaruddin mengakui proses pembuatan tutup botol di Nakita Adkom berlangsung simpel.