Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Peluang Usaha: Matheus Sukses dengan Percetakan Bata Ringan

Selain keuletan, modal utamanya adalah pengetahuan tentang produk dan membaca pasar

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Peluang Usaha: Matheus Sukses dengan Percetakan Bata Ringan
Kontan/Carolus Agus
Percetakan bata ringan milik Matheus 

Budi enggan membeberkan berapa harga tiap mesin, namun BSB butuh dana investasi sekitar Rp 30 miliar untuk mendirikan satu pabrik dengan kapasitas 180 m³ per hari. "Ditambah tanah, sekitar Rp 70-an miliar-lah. Tahun ini kami akan menambah mesin agar kapasitas jadi maksimal 400 m³ per hari," tutur Budi.

Matheus menjelaskan, biaya investasi lebih murah jika mesin dibuat dan didesain sendiri. Namun Budi berpendapat, justru membuat mesin sendiri, biaya investasi mesin malah lebih mahal. Karena itulah BSB memilih impor mesin dari China dan mulai produksi batu bata ringan dua tahun lalu di Makassar, Sulawesi Selatan.

• Tenaga kerja

Lini bisnis bata ringan BSB bermerek KallaBlock tergolong baru jika dibanding dengan dua unit bisnis yang lain, yaitu bisnis kontraktor dan bisnis jasa cor beton bermerek KallaMix.

Karena itu, Budi bilang, di tahap awal memang harus mendidik pekerja. Cuma, untuk mendidik tenaga kerja sekelas BSB butuh investasi yang tak kecil. Jika ingin mengawali usaha kecil-kecilan, cukup ajarkan pengetahuan pokok dari mulai proses pencampuran bahan, pencetak-an, sampai pengeringan.

Untuk menekan biaya produksi, kita bisa membayar buruh dengan sistem borongan berdasarkan produktivitasnya. Contohnya, setiap produksi 1.000 bata ringan, pekerja mendapat upah Rp 50.000.

Artinya, jika mampu memproduksi 2.000 bata, upahnya Rp 100.000, begitu seterusnya. Tentu saja jumlah buruh juga akan mempengaruhi ongkos produksi.

Berita Rekomendasi

Ditambah biaya listrik, ongkos kirim atau distribusi, Anda masih bisa mengambil margin di kisaran 40% jika ongkos produksi sekitar Rp 640.000 m³ dengan harga jual Rp 800.000 m³. "Untuk Hebel saja per m³ dijual Rp 1,3 juta, kan? Itu karena ongkos kirimnya jauh,"
tutur Matheus.

• Pemasaran

Terakhir, setelah produk jadi, yang tak kalah penting dipikirkan adalah pemasaran. Budi memberi saran, sebaiknya, strategi pemasaran dipikirkan jauh sebelum membangun pabrik.

Contohnya, lanjut Budi, sebelum BSB membangun pabrik, kami lakukan feasibility study, mulai dari pasokan bahan bakunya ada atau tidak, permintaan pasarnya bagaimana, lokasinya harus di mana, dan sebagainya.

Yang jelas, di samping menggandeng toko-toko bangunan sebagai agen distributor dengan konsep sharing profit, BSB juga menjual produknya melalui situs di dunia maya.

Demikian pula Matheus yang menjual produknya lewat www.bataringan.co.id. Selain lewat internet, metode pemasaran lewat jejaring sosial juga penting, meskipun pada awalnya kita tetap berlelah-lelah mendatangi satu per satu konsumen.

Jangan lupa, lantaran pemain bata ringan sudah menjamur, yakinkan konsumen tentang keunggulan produk bata ringan Anda.

Tonjolkan apa saja yang membedakan produk bata ringan Anda dengan produk yang lain. Contohnya saja perihal kekuatan, ukuran, kepadatan, daya tahan air dan api, berat, dan sebagainya. Siapa tahu, jika menemukan formula yang pas, produk Anda bisa laris manis jadi rebutan di pasar bata ringan di sekitar Anda. (Andri Indradi)

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas