Cinema 21 Akan Buka 1.000 Layar Bioskop Hingga 2017
Catherine Keng, Sekretaris Perusahaan Cinema 21 menjelaskan, perusahaan akan menambah sekitar 4-5 bioskop
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Nusantara Sejahtera Raya pemilik label bioskop Cinema 21 akan menambah jumlah layar bioskop dan lokasi bioskop untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menonton film layar lebar. Hans Gunadi, Presiden Direktur Cinema 21 mengatakan, pihaknya mengincar pembukaan bioskop baru di luar pulau Jawa.
Catherine Keng, Sekretaris Perusahaan Cinema 21 menjelaskan, perusahaan akan menambah sekitar 4-5 bioskop baru di semester II-2015. Denpasar menjadi salah satu lokasi rencana pendirian bioskop baru. “Kami sudah mendirikan 20 bioskop baru di tahun 2015 yang hadir di Palu, Singkawang dan Mataram,” katanya, Senin (3/8/2015).
Ke depan, Cinema 21 akan membuka 153 bioskop pada akhir tahun 2015 dengan realisasi pendirian 148 bioskop di 35 kota per Juli 2015.
Perusahaan juga akan menambah sekitar 50-54 layar baru di semester II-2015, dari realisasi 796 layar di semester I-2015.
“Kami menargetkan akan menghadirkan 1.000 layar bioskop pada akhir tahun 2017,” tambahnya.
Bioskop yang sudah berkiprah sejak tahun 1987 ini mengeluarkan ongkos yang cukup besar untuk mendirikan bioskop baru ini. Misalnya, untuk rencana pendirian bioskop baru di semester II-2015 ini akan terdiri dari 6 layar bioskop. Nah, perusahaan mengeluarkan biaya sekitar 1 juta dolar AS per layar bioskop.
Artinya, Cinema 21 menginvestasikan dana sekitar 24 - 30 juta dolar AS untuk rencana pendirikan 4-6 bioskop baru. Adapun, dana untuk ekspansi bisnis ini berasal dari dua jenis yakni kantong pribadi yakni modal usaha dan sebagian dari kredit bank di luar negeri dalam mata uang valuta asing (valas).
Alasan Nusantara Sejahtera Raya melakukan pinjaman kredit dari bank di luar negeri, karena perusahaan membutuhkan dana valas untuk pembelian lisensi film, proyektor dan digital sound system. Terlebih, Cinema 21 memiliki produk IMAX teater yang membutuhkan revolusioner teknologi dari bidang suara dan gambar.
Catherine menambahkan, ekspansi bisnis ini akan membantu pertumbuhan keuntungan perusahaan di tengah perlambatan ekonomi ini. Pasalnya, Cinema 21 ikut terkena imbas dari pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar, karena sebagian dana berasal dari pinjaman valas. “Itu menyebabkan biaya operasional meningkat,” ucap Catherine.
Pihaknya optimis perlambatan ekonomi ini masih mampu menumbuhkan pendapatan perusahaan, karena masih ada film-film dari luar negeri yang mampu meningkatkan penjualan tiket nonton. Yakni akan ada film Mission : Impossible Rogue Nation dan Fantastic Four yang bisa menjual 2 juta-3 juta tiket. (Nina Dwiantika)