Pelemahan Rupiah Pukul Kinerja Perusahaan Ritel
Depresiasi rupiah dan pelemahan daya beli masyarakat memukul bisnis ritel di Indonesia.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Depresiasi rupiah dan pelemahan daya beli masyarakat memukul bisnis ritel di Indonesia.
Apalagi kini rupiah kian terpuruk di angka Rp 14 ribu per dolar Amerika Serikat, kata Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta kepada Tribun, Senin (24/8/2015).
Kendati tidak menggunakan dolar AS dalam keseharian perdagangannya, Tutum Rahanta mengatakan dampak pelemahan kurs sangat terasa terhadap kinerja perusahaan ritel.
Pasalnya, tak sedikit produk yang dijual merupakan barang impor dan dari sisi daya beli masyarakat juga terpukul karena inflasi yang naik akibat itu.
"Daya beli yang makin lemah dengan adanya kenaikan harga-harga barang akibat nilai tukar tersebut," ungkap Tutum.
Tutum berharap pemerintah dan Bank Indonesia (BI) segera mengendalikan indikator yang bisa membuat ekonomi tetap bergairah.
"Jangan membuat kebijakan yang kontra produktif karena akan membuat pasar tambah sentimen," saran Tutum agar bisa meredam kejatuhan rupiah dan kembali menggairahkan sektor ritel.
Tutum melihat hampir di semua sektor akan terkena dampak pemutusan hubungan kerja bila krisis ini tak mampu segera diredam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Pemerintah harus segera melaksanakan jaring pengaman untuk memberi kerja kepada lapisan bawah agar dapat bertahan," jelasnya.
Lebih lanjut dia kembali mengingatkan agar pemerintah optimal memanfaatkan sumber daya alam untuk diolah dan dipakai sendiri. Dengan demikian mengurangi ketergantungan dari luar negeri.
"Ini merupakan moment yang kesekian kali untuk kita bangkit dengan memanfaatkan sumber daya alam diolah dan dipakai sendiri dengan mengurangi ketergantungan dari luar. Tetapi sayang bangsa ini pelupa!!!" Demikian dia tak bosan-bosannya mendorong pemerintah.
Sebelumnya, Aprindo mengungkapkan omzet pelaku bisnis ritel anjlok sekitar 10-15 persen sejak awal tahun akibat depresiasi rupiah dan pelemahan daya beli masyarakat.