Ekonom : Rupiah Menguat Bukan Karena Akan Diumumkannya Paket Ekonomi Jilid III
Sejak awal pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus bergerak ke zona hijau
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak awal pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus bergerak ke zona hijau. Bahkan rupiah sempat bergerak di level Rp 14.000 dari sebelumnya Rp 14.400 per dolar AS.
"Penguatan rupiah yang terjadi semuanya karena eksternal, bukan internal. Paket kebijakan jilid III belum jelas seperti apa, dan investor enggak membeli kucing dalam karung, walaupun ada indikasi paket itu akan membantu daya beli," ujar Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih, Jakarta, Rabu (7/10/2015).
Lana menjelaskan, penguatan rupiah dalam beberapa hari ini lebih disebabkan sentimen dari eksternal, dimana data ketenagakerjaan Amerika Serikat tidak sesuai ekspektasi dan menimbulkan pandangan bahwa The Fed tidak menaikkan suku bunganya.
Menurutnya, investor pada saat ini berkeyakinan bahwa The Fed tidak akan secara agresif dalam menaikkan suku bunganya pada tahun ini. Kenaikkan pada Oktober 2015 terlalu kecil kemungkinannya, sehingga akan terjadi pada Desember 2015.
"Risikonya sudah terukur, kalau naik Desember paling Kenaikkan sekitar 10 atau 15 basis poin. Ini hanya menjaga kredibilitas Bank Sentral AS karena awal tahun mereka bilang mau menaikkan suku bunga," ujar Lana.
Lebih lanjut Lana mengatakan, penguatan rupiah harus dimanfaatkan Bank Indonesia untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing, agar laju rupiah semakin menguat dan tidak kembali ke jalur pelemahan.
"Kalau bisa dimanfaatkan untuk intervensi maka rupiah bisa dibawah level Rp 14 ribu dan mumpung sentimennya lagi bagus juga, pemerintah segera keluarkan paket kebijakan selanjutnya. Kalau (paket ekonomi jilid III) jadi obat yang ampuh, maka akan direspon positif dari investor," tutur Lana.