DEN Dukung Pertamina Gunakan Teknologi Mutakhir untuk Tingkatkan Kemampuan Kilang
DEN mendukung langkah PT Pertamina (Persero) untuk meningkatkan kemampuan produksi kilang pengolahan minyak
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dewan Energi Nasional (DEN) mendukung langkah PT Pertamina (Persero) untuk meningkatkan kemampuan produksi kilang pengolahan minyak, dengan menggunakan teknologi terkini dinilai harus dilakukan sebelum ada kilang baru yang beroperasi.
Pemanfaatan teknologi dalam meningkatkan kemampuan kilang berguna untuk meningkatkan kemampuan produksi kilang dalam waktu yang lebih cepat.
Rinaldy Dalimi, anggota DEN, mengatakan apa yang dilakukan Pertamina merupakan langkah yang tepat dengan tujuan meningkatkan kemampuan produksi kilang untuk mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).
"Ini yang harus dilakukan sebelum membangun kilang yang baru, karena meningkatkan kemampuan produksi kilang yang ada lebih murah dan singkat waktunya dibandingkan membangun kilang baru," kata Rinaldy, Jumat (20/11/2015).
Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan Pertamina saat ini memiliki divisi research and development, baik yang berada di direktorat pengolahan (R&D Refining) maupun direktorat hulu (UTC/upstream technology center).
Perseroan akan memperkuat penelitian dan pengembangan (research and development) mengingat tuntutan masa depan di bidang energi sangat menantang, baik dari sisi produk dengan banyaknya proyek revamp maupun kilang baru, maupun di hulu.
Kilang-kilang Pertamina saat ini memiliki Nielsen Index Complexity (NCI) yang relatif rendah, yaitu rata-rata 5-6. Perseroan melalui program dan proyek peningkatan kapasitas kilang menargetkan meningkatkan NCI menjadi rata-rata 9.
Bahkan, untuk Kilang Refinery IV Cilacap sebelum beroperasinya unit Residuel Fluid Catalytic Cracker (RFCC) nilai NCI masih di level 3 sehingga kandungan residunya cukup tinggi.
RFCC unit merupakan teknologi yang memanfaatkan katalis untuk mengkonversi minyak berat atau pun residu, baik atmosferik maupun vacuum residue oils, menjadi produk yang lebih bernilai, utamanya gasoline dan beberapa produk lainnya, seperti LPG dan propylene.
RFCC merupakan bagian dari road map pengembangan kilang Pertamina untuk memenuhi kebutuhan pasar dan tuntutan teknologi kendaraan di masa mendatang. RFCC nantinya meningkatkan produksi premium dari Kilang Cilacap menjadi 91.000 bph dari sebelumnya 61.000 bph dengan memanfaatkan residue dari unit-unit pengolahan yang ada sebelumnya.
NCI kilang Pertamina akan meningkat secara bertahap seiring mulai dengan masuknya RFCC, lalu Program Langit Biru Cilacap, dan dilanjutkan dengan RDMP yang head of agreement (HoA)-nya akan segera ditandatangani antara Pertamina dan Saudi Aramco pada bulan ini.
Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap, Jawa Tengah, selama ini dikenal sebagai kilang terbesar dari enam kilang PT Pertamina (Persero) karena memiliki kapasitas produksi hingga 348.000 barel/hari.
Kilang yang dibangun pada 1974 itu memasok 60 persen kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Pulau Jawa dan 34 persen di Indonesia serta dengan jenis produk berupa BBM, non-BBM, dan petrokimia.