Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pengusaha Protes Rencana Cukai Minuman Berpemanis

Cukai pada minuman berpemanis dan atau berkarbonasi tidak tepat bahkan kontra produktif

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Pengusaha Protes Rencana Cukai Minuman Berpemanis
Tribunnews.com/Istimewa
Perwakilan tiga asosiasi yaitu Ketua Asosiasi Minuman Ringan (ASRIM) Triyono Prijosoesilo, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman, Wakil Sekretaris Umum APINDO Herman Kasih, Ketua Pelaksana Harian APRINDO dan Sekretaris Jendral ASRIM Suroso Natakusumah dalam jumpa pers yang menolak menolak rencana pemerintah dan DPR RI untuk mengenakan cukai pada produk minuman berpemanis dan atau berkarbonasi (soda), sebagai salah satu upaya untuk mendongkrak penerimaan negara serta untuk pengendalian konsumsi dan peredaran. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tiga asosiasi pengusaha memprotes rencana pemerinta yang akan mengenakan cukai untuk minuman berkarbonasi atau berpemanis untuk meningkatkan pendapatan negara.

Tiga asosiasi yang mewakili industri dan pengusaha, yakni: Asosiasi Minuman Ringan (ASRIM) selaku wadah resmi industri minuman ringan, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), dan APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia).

"Ketiganya berpandangan bahwa pengenaan cukai pada minuman berpemanis dan atau berkarbonasi tidak tepat bahkan kontra produktif karena akan bertentangan dengan kebijakan deregulasi Pemerintahan Presiden Jokowi yang bertujuan untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan investasi," kata Ketua Asosiasi Minuman Ringan (ASRIM) Triyono Prijosoesilo dalam rilisnya, Selasa (15/12/2015).

Menurut Triyono, jenis minuman ini tidak memenuhi kriteria sebagai barang kena cukai berdasar UU Cukai karena konsumsinya masih sangat rendah, distribusinya sudah melalui pengawasan BPOM.

Triyono juga menyebutkan bahwa belum ada fakta ilmiah bahwa minuman berkarbonasi menjadi penyebab penyakit tidak menular (PTM) seperti obesitas, hipertensi, jantung dan diabetes.

“Kebijakan yang menargetkan pada satu kategori produk untuk mengatasi PTM tidak akan efektif, karena PTM tidak disebabkan hanya karena mengkonsumsi satu kategori produk, namun lebih disebabkan karena gaya hidup tidak seimbang dengan pola diet yang tidak baik serta kurangnya akifitas fisik. Mengutip laporan WHO dalam Global Health Risk 2004 menyatakan bahwa ‘kurangnya aktivitas fisik’ merupakan faktor penyebab kematian ke-4 tertinggi di dunia. Dan fenomena kurangnya aktifitas fisik diantara masyarakat Indonesia saat ini semakin meningkat,” ujarnya.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas