Banyak Kasus Penyanderaan, Eksportir Hentikan Ekspor Batubara ke Filipina
Saat ini masih ada 14 WNI yang juga awak kapal pengangkut batubara ekspor menuju Filipina yang masih disandera kelompok Abu Sayyaf.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menginstruksikan seluruh anggotanya untuk menghentikan ekspor ke Filipina.
Instruksi ini menindaklanjuti surat edaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Trisakti Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang melarang semua kapal dari Banjarmasin berlayar menuju perairan Filipina.
Tujuan pelarangan untuk menghindari lebih banyak lagi korban penyanderaan oleh kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina.
Saat ini masih ada 14 orang warga negara Indonesia, yang juga awak kapal yang mengangkut ekspor batubara menuju Filipina masih di sandera kelompok ini.
Imbas larangan ini, sekitar 7 juta ton ekspor ke Filipina bakal terganggu.
Deputi Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia Kamis (21/4) menyebut, ekspor ke Filipina relatif kecil jika dibandingkan ke negara-negara lain.
Saat ini mayoritas ekspor batubara menuju ke kawasan Asia Timur seperti China, Bangladesh, juga Hong Kong.
Adapun dalam catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) volume ekspor menuju Filipina tahun lalu sekitar 7,6 juta ton, menurun 3,6% dari 2014 sebesar 7,9 juta ton.
Sementara, pada tiga bulan tahun 2016 realisasi ekspor ke negara ini cuma sekitar 36.000 ton.
Adapun pemasok batubara tercatat berasal dari perusahaan tambang pemegang kontrak Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dan BUMN.
Sekretaris Perusahaan PT Baramulti Suksessarana Tbk, F. Bernadeth Conny menyebut penghentian ekspor ke Filipina tak akan berdampak besar bagi kinerja mereka.
Sebagai pemasok batubara ke Filipina, porsi terhadap penghasilan perusahaan itu tidak besar, kurang dari 2,55 persen dari total ekspornya.
Sebagai gambaran, dari produksi Baramulti pada 2015 yang mencapai 7,5 juta ton, yang diekspor hanya sekitar 500.000 ton.
Dari total batubara yang diekspor ini terbesar, yakni 87 persen dikapalkan ke India, Korea Selatan 3,6 persen, sisanya ke Spanyol, Hong Kong, dan Filipina sekitar 2,55 persen.
Karena porsinya sangat mini, Bernadeth pun optimistis target mereka tahun ini tak akan terganggu oleh penghentian ekspor ke Filipina tersebut.
Perusahaan masih yakin bisa mencapai pertumbuhan produksinya sekitar 11 persen dari tahun lalu atau target produksi 8,6 juta ton.
Pengamat pertambangan, Ladjiman Damanik, menyatakan, penghentian pasokan batubara ke Filipina ini justru merugikan perusahaan pembeli batubara di negara tersebut.
Dia memperkirakan pasokan batubara dari Indonesia ini bisa mempengaruhi operasional perusahaan pembangkit listrik berbahan bakar batubara di negeri ini.
Reporter: Emir Yanwardhana