Kampanye Negatif Tembakau Semakin Marak
Ismanu Soemiran menilai, kampanye-kampanye negatif terhadap industri tembakau semakin marak.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI) Ismanu Soemiran menilai, kampanye-kampanye negatif terhadap industri tembakau semakin marak.
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru besar salah satu universitas negeri yang menyatakan rokok memakan nyawa 200 ribu orang setiap tahunnya.
Menurutnya hal itu tidak benar dan tidak berdasarkan fakta.
"Mereka yang kampanye negatif ini menyasar kekuatan penunjang perekonomian pilar bangsa, karena industri tembakau ini menyumbang lebih dari Rp 150 triliun per tahun," ujarnya, Minggu (8/5).
Seharusnya dengan fakta itu, kata Ismanu, para cerdik pandai dan pemegang kebijakan harus peka terutama terhadap keberagamaan sehingga tidak mudah menuduh tembakau sebagai segala penyebab masalah.
Malahan, kata dia, kontribusi ekonomi besar dari tembakau, semestinya ditopang oleh sebuah kebijakan yang mencerminkan kedaulatan ekonomi dan budaya agar kretek terus bisa dilindungi.
"Jangan mengabaikan kebhinekaan, negara ini punya potensi, termasuk tembakau di dalamnya, jangan sampai tergadaikan," katanya.
Tentang kesehatan, kata dia, saat ini yang diperjuangkan tidak murni lagi. Pasalnya banyak makanan-makanan yang tidak sehat namun tetap dibiarkan beredar tanpa ada yang protes.
“Banyak munculnya makanan-makanan palsu yang diolah kembali tetapi bertahun tahun tidak ada satu pun dari kelompok kesehatan ini melakukan perlawanan," kritiknya. (Hendra Gunawan/Kontan)