Menangkan Wismilak DSC 2016, Gazan Bawa Pulang Rp 500 Juta
Sekarang ia bercita-cita bisa ikut menggerakkan anak muda seangkatannya untuk berani terjun berwirausaha.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pemenang Wismilak DSC 2016 baru saja diumumkan. Kompetisi wirausaha yang dipelopori oleh Wismilak dan memasuki tahun ke 7 ini telah memilih Gazan Azka Ghafara sebagai juara. Pria kelahiran Bandung 27 Juli 1995 ini berhasil menyisihkan 10 peserta atau challenger lain yang masuk babak final.
“Gazan terpilih karena leadershipnya yang menonjol, ia berani mengambil keputusan. Kami lihat ia berpotensi menjadi entrepreneur tangguh,” demikian Surjanto Yasaputera, Ketua Dewan Komisioner DSC 2016 yang akrab dipanggil Pak Sur.
Sebagai pemenang utama, Gazan memperoleh hadiah hibah modal 500 juta rupiah dari total hibah yang besarnya mencapai 2 miliar rupiah. Selain itu, semua pemenang juga mendapat bimbingan usaha dari tim Wismilak DSC.
Babak akhir seleksi dilakukan dalam bentuk kompetisi di tiga kota Surabaya, Yogyakarta dan Bandung. Para challenger yang dijadikan dua kelompok, dihadapkan pada tantangan usaha nyata yang berbeda di tiap kota. Sesi terakhir di Bandung misalnya, mereka harus menjadi event organizer yang bertugas mendatangkan live music di sebuah kafe.
Setiap tim dituntut memberikan strategi terbaik agar pertunjukannya ramai dikunjungi orang. Kompetisi babak akhir yang berpindah-pindah di tiga kota ini sempat disiarkan di TV One setiap minggu, dari awal bulan Oktober sampai pertengahan Nopember 2016 kemarin.
Pada tahap awal kompetisi wirausaha bergengsi ini, Gazan lolos membawa Zanana Chips, merek kripik pisang yang diproduksinya. Selain Gazan, 5 finalis lain juga mendapatkan modal usaha. Mereka ini terdiri dari 2 orang grand finalist dan 3 orang runner up. Sebagai grand finalist antara lain Gisela Eugenia dengan usaha jasa aplikasi untuk menemukan pengajar bimbel dan I Wayan Lovayana, yang merencanakan workshop pembuatan benda seni untuk menyerap tenaga kerja di Bali.
Sedangkan di posisi runner up, ada Kristantya Nugraha yang memproduksi bass gitar, Stephanie Patricia yang membuat aplikasi medi-call, serta Heru Anwari yang membuat sepeda BMX inovatif.
DSC juga masih memberikan penghargaan kepada 5 orang dengan usaha yang memenuhi kriteria social impact dan 5 orang lagi business potential.
“Tahun ini kompetisi DSC menjaring beragam katagori usaha, antara lain industri kreatif, agrikultur, teknologi, energi, meski yang paling banyak masih di bidang perdagangan, jasa dan kuliner,” demikian Pak Sur.
Menurut ketua dewan juri ini semua finalis tampil istimewa, namun usaha keripik pisang di tangan Gazan mampu mencuri perhatian. Zanana Chips dinilai sangat memahami target pasarnya, karena terus berinovasi mengembangkan mekanisme promosi secara kekinian.
Keripik pisang sudah ditekuni Gazan sejak 2 tahun lalu.“Saya bangga berhasil mendapatkan 1 milyar pertama di usia 19, tahun lalu, dari jualan kripik pisang,” kata anak muda ini. Pada usia 16 tahun, Gazan sudah mulai menjadi seorang pengusaha dengan mempekerjakan 2 orang karyawan.
“Saat itu tahun 2012 saya memproduksi ayam tulang lunak dengan merk Ayam Razet, namun bangkrut karena kurangnya modal dan lokasi yang sepi,” ujarnya mengenang. Ia juga sempat jualan risoles di tahun 2013 dengan membuka 3 cabang, namun bisnis ini pun terpaksa gulung tikar karena ditinggal koki.
Gazan masih ingat, suatu hari setelah bangkrut dari jualan risoles, tiba-tiba saja ia ingin makan keripik pisang coklat. Namun ia kesulitan menemukan camilan itu di Bandung karena merupakan oleh-oleh khas Lampung. Setelah bertanya kebeberapa teman, Gazan menemukan jawaban yang sama, “Ternyata banyak juga yang cari keripik pisang coklat Lampung di Bandung!" Karena itu ia segera tergerak untuk memproduksinya.
“Saya sangat yakin karena produk itu kan terbukti laris di Lampung. Bertahan selama belasan tahun dan bahkan eksis sebagai produk oleh-oleh khas dari Lampung,” ujar Gazan. Produk buatannya kemudian ia beri merk Zanana Chips. “Alhamdulillah, sekarang sudah berjalan 2 tahun, peminatnya terus meningkat. Zanana Chips sudah pernah di distribusikan ke lebih dari 70 kota di Indonesia, termasuk keluar negeri seperti Malaysia, Jepang, Amerika, Mesir, dan Brunei,” tambahnya bangga.
Setelah tahu peminatnya banyak, Zanana Chips mulai melakukan pengembangan produk. Jika pada awalnya hanya ada varian rasa coklat, Gazan kemudian melakukan inovasi dengan penambahan varian rasa lain seperti rasa susu, greentea, smoked beef, dan classy spicy.
Selain ragam cita rasa yang tengah populer, produk ini juga mempunyai kemasan yang menarik. Menurut Gazan, ia mencoba menonjolkan sisi emotional benefit karena menyasar kelompok anak muda millennial yang selalu menuntut kebaruan dan keaslian ide.
Dari Zanana Chips, sampai pertengahan tahun ini Gazan mampu meraup omset sekitar 400jt - 450jt per bulan, angka yang stabil seperti tahun sebelumnya. Namun ia tidak cepat berpuas diri. “Saya masih ingin memperbanyak jalur distribusi, agar Zanana Chips bisa tersedia di berbagai kota dan mudah ditemukan oleh konsumen,” ujarnya.
Saat ini dengan system penjualan online, konsumen baru bisa mendapatkan camilan yang diinginkan dalam waktu 2 - 3 hari setelah order, jarak waktu yang sungguh menghambat penjualan.
Menurut Pak Sur, Gazan mampu melihat dan menangani tantangan yang berbeda pada tiap tahapan usahanya. “Saat baru memulai, ia tahu bagaimana caranya survive. Setelah mendapatkan profit, ia lalu berusaha mengefisiensikan proses produksi dan mengelola karyawan. Setelah growing, ia mulai melakukan inovasi produk dan distribusi. Tantangan usaha memang akan selalu ada dan berbeda-beda pada setiap tahapan atau besaran usaha,” demikian ujar Pak Sur.
Sebagai salah satu pemenang Kompetisi Wirausaha DSC 2016, Gazan merasa bersukur bisa mendapat bantuan hibah tambahan modal usaha serta bimbingan manajerial dari tim DSC. Sekarang ia bercita-cita bisa ikut menggerakkan anak muda seangkatannya untuk berani terjun berwirausaha.
“Dalam berbagai sesi capacity building yang kami dapat dari tim DSC, kami selalu diingatkan untuk bisa bermanfaat bagi lingkungan dan sesama. Sungguh percuma jika bisa menjadi pengusaha sukses tapi tidak berguna untuk masyarakat dan lingkungan,” ujarnya menjelaskan.
Keinginan Gazan ini disambut positif oleh tim Wismilak DSC. “Setelah 7 tahun pelaksanaan kompetisi wirausaha ini, kami rasa sudah saatnya para pemenang memberikan kontribusinya pada masyarakat. Kami ingin mereka mampu menjadi agent of change bagi generasinya, ikut menularkan virus positif, yakni virus wirausaha,” tambah Pak Sur mengakhiri perbincangan.