Harga Tanah yang Tinggi, Jadi Kendala Pengembang Kesulitan Bangun Rumah Bersubsidi
Persoalan ketersediaan tanah yang murah, dinilai menjadi kendala utama dalam mengatasi kesenjangan antara jumlah rumah terbangun
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persoalan ketersediaan tanah yang murah, dinilai menjadi kendala utama dalam mengatasi kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan atau backlog.
Direktur Sinarmas Land Ignejz Kemalawarta mengatakan, kemampuan membangun rumah dari pengembang yaitu 400 ribu padahal backlog perumahan saat ini 13,5 juta, dimana persoalannya yaitu ketersediaan tanah yang murah.
"Dengan adanya bank tanah akan membantu membangun rumah untuk MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah), yang terjai saat ini beli rumah subsidi lalu NJOP naik lalu dijual harganya naik, jadi tidak ada pengendalian harga yang pas," tutur Ignejz, Jakarta, Rabu (14/12/2016).
CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda menuturkan, pengembang saat ini ingin membangun rumah subdisi dengan harga Rp 150 juta ke bawah, tetapi terkendala dengan harga tanah yang semakin mahal.
"Jadi, 7 dari 10 pengembang yang tadinya bangun menengah bawah, beralih ke menengah atas karena harganya (tanah) mahal," tutur Ali di tempat yang ssama.
Menurut Ali, jika ada bank tanah maka harga tanah dapat terkendali karena nantinya ke depan akan ada rambu-rambunya dalam menentukan harga tanah.