Moeldoko: Usaha Mikro Kecil dan Menengah Punya Peranan Penting dalam Perekonomian Nasional
Mantan Panglima TNI, Moeldoko seolah tak pernah kehabisan energi untuk membangun bangsa. Setelah pensiun dari TNI, pria asal Kediri, Jawa Timur
Editor: Toni Bramantoro
Di Indonesia dan ASEAN, UMKM telah menjadi tulang punggung perekonomian.
Sekitar 88,8-99,9 persen usaha di ASEAN adalah UMKM. Sektor itu mampu menyerap tenaga kerja di kisaran 51,7-97,2 persen.
Khusus di Indonesia, UMKM memiliki proporsi sebesar 99,99 persen dari total keseluruhan pelaku dunia usaha.
Namun, pelaku UMKM sering menghadapi kendala. Baik dari internal maupun eksternal.
Moeldoko membeberkan sembilan ketakutan yang sering dihadapi pelaku UMKM.
Di antaranya adalah ketakutan berada di zona tidak nyaman, takut terlihat berbeda, takut terhadap reaksi yang tak diinginkan, takut melangkah untuk berubah, dan takut berkonfrontasi dengan orang lain.
Selain itu, pelaku UMKM juga takut dihakimi, takut menghadapi perubahan situasi, takut saat organisasi menghadapi masalah, dan takut menghadapi kegagalan.
Nah, sebagai sosok yang memiliki jiwa kepemimpinan tinggi dan sudah kenyang pengalaman, Moeldoko merasa terpanggil menularkan semangat leadership dan keberanian terhadap para pelaku UMKM.
“Semua orang pasti memiliki rasa takut. Namun, pemenang tidak akan lahir jika terus-terusan dibayangi ketakutan. Pemenang akan lahir jika mampu mengalahkan rasa takut,” ujar Moeldoko.
Dia tak henti-hentinya menyemangati para pelaku UMKM. Moeldoko menyadari bahwa UMKM memiliki peranan sangat penting bagi perekonomian.
“UMKM memberikan multiefek yang besar. UMKM bisa menggerakkan ketahanan keluarga dan wilayah. Sebab, pelaku UMKM menggaji karyawan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” imbuh Moeldoko.
Dia menambahkan, UMKM juga memberikan sumbangsih yang tak sedikit kepada negara. Salah satunya dari pajak. Dari pajak UMKM, negara bisa membuat banyak program. Misalnya, pendidikan dan kesehatan gratis.
“Kontribusi pelaku UMKM sangat besar. Namun, strategi marketing saat ini dan ke depan tidak lagi berorientasi pada whats the customer wants. Tetapi lebih pada whats the customer needs,” ujar Moeldoko.