Harga Eceran Tertinggi Gula Dinilai Untungkan Konsumen dan Pedagang Ritel
HET untuk komoditas pangan pokok seperti gula, berdampak positif terhadap perdagangan gula di level ritel.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penetapan Harga Eceran tertinggi (HET) untuk komoditas pangan pokok seperti gula, berdampak positif terhadap perdagangan gula di level ritel.
Pasalnya, baik konsumen maupun pedagang ritel diyakini akan diuntungkan dengan harga yang stabil.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengepresiasi langkah pemerintah memoderatori penetapan HET antara produsen dan distributor. Pedagang juga mengakui, penetapan ini menenangkan mereka, akan lonjakan harga yang bisanya dikeluhkan konsumen.
Koordinator Bidang Pengaduan dan Hukum Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sularsi meyakini, penetapan HET gula sebesar Rp 12.500 perkilogram dimaksudkan untuk mengantisipasi agar harga gula tidak melebihi dari yang sewajarnya. Karena itu, dari sisi konsumen penetapan HET gula sangat baik untuk melindungi masyarakat.
“Kalau dari sisi konsumen, penetapan HET ini sangat menguntungkan. Karena ada kepastian harga tertinggi. Tidak seperti harga cabai yang sewaktu-waktu bisa sangat tinggi harganya,” tuturnya di Jakarta, akhir pekan lalu.
Hanya saja, dengan adanya penetapan HET gula, menurutnya pemerintah juga harus mengedepankan mekanisme pengawasan. “Caranya, dengan wajib melakukan operasi pasar apabila muncul harga melebihi HET yang telah ditetapkan,” imbuhnya.
Selain itu, ia juga meminta penetapan HET gula ini juga bisa menguntungkan petani lokal. Diantaraya dengan mengawasi peredaran produk lokal dan memperbaiki tata niaga impor.
“Jangan sampai justru petani yang terancam dengan penetapan HET ini. Itu harus selesai. Petani juga harus diuntungkan,” serunya.
Heri, Pedagang kebutuhan pokok di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur mengaku, dirinya sudah mengetahui adanya kebijakan penetapan HET untuk gula.
Ia merasa dalam sebulan terakhir, harga gula terbilang stabil di banding bulan-bulan sebelumnya, begitupula jika dibandingka dengan harga kebutuhan pokok lainnya. Karena itu, ia yakin penetapan HET ini akan berdampak langsung pada stabilitas harga gula di pasaran.
Dari pengalamannya, ia mengatakan jika stabilisasi harga , erat kaitannya dengan daya beli masyarakat.
“Ya kalau harga nggak stabil, terus ada kenaikan yang cukup tinggi, daya beli masyarakat akan berpengaruh. Meski gula termasuk kebutuhan pokok yang pasti ada pembelinya, tapi kami bisa rasakan perubahan daya beli masyarakat, ada pengurangan,” ungkapnya.
Ia mencontohkan, menjelang perayaan tahun baru kemarin, harga gula sempat mencapai Rp 16.000 per kilogram. Saat itulah daya beli masyarakat dirasakan Heri sangat menurun.
Karena itulah ia berharap penetapan HET gula yang ada saat ini, bisa diterapkan juga untuk komoditi lain yang cukup penting bagi masyarakat, misalnya minyak goreng.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.