Banteng Wulung, Ikon Saham 'Bullish' di Bursa Efek Indonesia
Menurut Direktur BEI Tito Sulistio, patung banteng itu merupakan simbol pasar keuangan di dunia yang menggambarkan optimisme
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Ada yang menarik dari acara peringatan 40 tahun pasar modal Indonesia yang diselenggarakan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di kawasan SCBD, Jakarta Selatan hari ini, Minggu (13/8/2017) dan dihadiri Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution.
Yakni hadirnya patung seekor banteng wulung berwarna hitam dengan berat tujuh ton. Ya, namanya banteng wulung. Banteng wulung ini menjadi ikon baru Bursa Efek Indonesia.
Menurut Direktur BEI Tito Sulistio, patung banteng itu merupakan simbol pasar keuangan di dunia yang menggambarkan optimisme dan masa depan lebih baik.
Biasanya, patung banteng di negara lain dibuat dari perunggu atau campuran semen dan batu. Namun kali ini, Bursa Efek menggandeng seniman asal Bali untuk mengukir patung seberat tujuh ton itu.
“Patung ini dibuat dari fosil kayu yang berusia lebih dari 2,5 juta tahun lalu yang berasal dari Lebak, Banten. Patung ini mengambil sebuah legenda asli dari tanah Pasundan, hitam, kuat, perkasa, mampu berlari kencang, semoga ini dapat menular di Bursa Efek Indonesia,” ujar Tito Sulistio, Minggu (13/8/2017) di Gedung BEI.
Tito berharap, diresmikannya patung Banteng Wulung dapat mendorong pasar modal di Indonesia untuk tetap bergerak positif atau bullish, tak hanya di Indonesia, namun juga saat bersaing dengan negara lain.
Sementara itu, ketika meresmikan patung Banteng Wulung ini, Sri Mulyani nampak beberapa kali mengelus-elus tanduk banteng sambil berkelakar kepada wartawan.
"Bagus ya, warnanya hitam," pungkasnya Sri Mulyani kepada awak media sambil tersenyum.