40 Persen Pendapatan Tol Jagorawi Disekuritisasi, Jasa Marga Pastikan Cash Flow Masih Aman
"Yang kita jual di sekuritisasi aset Jasa Marga adalah future revenue. Pendapatan diterima di muka," ujar Donny Arsal
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Jasa Marga (Persero) Tbk telah mensekuritisasi 40 persen prospek pendapatan ruas jalan tol Jagorawi setiap tahun miliknya di pasar modal untuk membiayai pembangunan sejumlah ruas jalan tol baru.
Dari sekuritisasi aset ini KIK EBA Mandiri JSMR01 ini, Jasa Marga meraih dana segar senilai Rp 2 triliun.
Apakah kondisi keuangan Jasa Marga tidak terganggu pasca-penerbitan surat berharga KIK EBA Mandiri JSMR01 ini, mengingat sampai lima tahun ke depan, 40 persen pendapatan dari jalan tol Jagorawi akan menjadi milik investor, para pembeli efek KIK EBA Mandiri JSMR01?
Donny Arsal, Direktur Keuangan Jasa Marga mengatakan, cash flow Jasa Marga masih tetap aman.
"Sekuritisasi aset pada prinsipnya pinjam meminjam tapi bungkusnya jual beli dengan sistem jual putus. Risikonya bisa kita remote," ujarnya.
Mengacu pada ketentuan OJK tentang aset yang bisa dan boleh disekuritisasi, Jasa Marga menggunakan poin ketentuan OJK yang berbunyi "Aset keuangan lainnya yang dipersamakan dengan itu."
"Yang kita jual di sekuritisasi aset Jasa Marga adalah future revenue. Sekuritisasi aset yang kita lalukan, dalam pembukuan Jasa Marga, membuat aset kita bertambah. Pendapatan diterima di muka," ujar Donny Arsal.
Dia menambahkan, sebagai BUMN, Jasa Marga tidak bisa menjual aset miliknya kepada pihak ketiga.
"Karena aset Jasa Marga milik Pemerintah. Begitu juga konsesi jalan tol, Jasa Marga tak bisa jual. Makanya setelah kita konsultasi di OJK, kita pilih strategi sekuritisasi aset atas potensi pendapatan kita di masa datang. Kita pilih potensi pendapatan di ruas tol Jasa Marga," lanjut Donny Arsal.
Ruas jalan tol Jagorawi dipilih lantaran ini merupakan ruas jalan tol tertua milik Jasa Marga dengan pendapatan yang selalu stabil diterima Jasa Marga setiap tahunnya.
Yakni mencapai Rp 700 miliar setiap tahunnya.
Baca: Faisal Basri: Penganggaran Pemerintah Atas Proyek Infrastruktur Masih Acak-acakan
Baca: Cari Sumber Pendanaan, BTN Sejak 2009 Sudah Sekuritisasi Aset KPR-nya
"Dari Rp 700 miliar potensi pendapatan Jasa Marga per tahun atas ruas tol ini, Rp 400 miliar diantaranya kita bukukan sebagai aset yang disekuritisasi setiap tahun sampai tahun kelima. Pajaknya juga kita bukukan secara acrual, bertahap, sesuai hasil konsultasi dengan Ditjen Pajak," bebernya.
Meski potensi pendapatan atas ruas jalan tol ini disekuritisasi, kemampuan Jasa Marga membayar utang tetap aman.
"Dalam sekuritisasi ini Jasa Marga tetap jadi collection manager, tetap jadi pengelola," katanya.
Donny menambahkan, sekuritisasi oleh Jasa Marga ini merupakan instrumen sekuritisasi pertama di Indonesia yang bisa ditawarkan ke pasar.
Pembelinya amat beragam, berasal dari banyak kalangan dan saat ditawarkan sempat oversubscribe hingga 5 kali.
Donny juga memaparkan, Jasa Marga saat ini memiliki 13 ruas tol di level holding yang merupakan konsesi lama yang diberikan Pemerintah kepada Jasa Marga sejak 2004.
Beberapa diantaranya adalah ruas jalan tol Jagorawi, jalan tol dalam kota, JORR dan jalan tol Purbaleunyi.
"Selama ini, jalan tol-jalan tol inilah yang memberikan revenue dan EBITDA. Aset ini jadi dasar equity kita untuk membangun ruas tol baru," sebut Donny Arsal.
Saat ini dan ke depan akan ada 18 ruas tol baru yang akan Jasa Marga bangun. Dari jumlah itu, dua diantaranya sudah beroperasi, yakni jalan tol Bali Mandara dan satu ruas tol di Jakarta yang dikelola oleh dua anak usaha Jasa Marga.
"Sebanyak 16 ruas jalan tol sisanya, tahun 2019 kita harapkan sudah terbangun. Untuk membiayainya, kalau hanya mengandalkan kemampuan internal kita tak mampu bangun 210 km ruas tol baru per tahun. Karena itu perlu banyak akrobat yang harus kita lakukan tapi tetap dalam koridor aman," sebutnya.
Dalam 3 tahun ke depan Jasa Marga memerlukan dukungan pendanaan sekitar Rp 71 triliun untuk membangun ruas tol baru.
"Kebutuhan dana yang begitu besar ini tak sejalan dengan kemampuan kita men-generate income yang setiap tahun tumbuh 10 persen. Ini yang kita siasati agar terus berjalan," ungkapnya.
"Historical bisnis jalan tol itu, lima tahun pertama masih harus nomboki karena pendapatan jalan tol belum tertutupi. Break event butuh 10 tahun. Jadi puasanya sampai 10 tahun. Sementara, kita tak bisa mengandalkan ruas tol baru untuk biayai pembangunan jalan tol baru. Harvest period ada di masa konsesi setelahnya," lanjut Donny Arsal.
Rata rata project jalan tol Jasa Marga punya masa konsesi 35 sampai 40 tahun.
Penulis: Choirul Arifin