Holding BUMN Tambang Tingkatkan Negara Kuasai Sumber Daya Alam
Pengolahan sumber daya alam (SDA) mineral selama ini dilakukan oleh BUMN bidang pertambangan, swasta nasional, dan asing.
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengolahan sumber daya alam (SDA) mineral selama ini dilakukan oleh BUMN bidang pertambangan, swasta nasional, dan asing.
Akan tetapi hingga saat ini porsi penguasaan sumber daya yang dimiliki BUMN pertambangan masih relatif kecil jika dibandingkan dengan swasta nasional dan asing.
Sinergi antar BUMN tambang saat ini diperlukan.
Tujuannya agar bisa bergerak lebih lincah dan mampu menjadi pemain besar dalam pengolahan sumber daya mineral demi kemakmuran rakyat.
"Tiga obyektif pembentukan holding ini adalah pengelolaan cadangan sumber daya alam, hilirisasi produk dan kandungan lokal, serta menjadi perusahaan kelas dunia," ujar Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin, Jumat (17/11/2017).
Budi menegaskan holding BUMN Tambang memberikan optimalisasi pengelolaan sumber daya mineral. Karena tujuan utamanya kata Budi apat dipergunakan untuk kemakmuran rakyat.
"Multiplier effect yang dapat dirasakan masyarakat adalah terbukanya lapangan pekerjaan yang besar dan mendorong tumbuhnya industri pendukung di sekitar daerah operasi holding," ungkap Budi.
Baca: Jenguk Langsung Setya Novanto, Ketua DPD Golkar NTT Tidak Bisa Jelaskan Benjolan Sebesar Bakpao
Hingga saat ini bahan baku industri di Indonesia sebagian besar masih menggantungkan bahan baku impor sehingga meningkatkan biaya produksi dan harga barang.
Dengan dibentuknya Holding BUMN Pertambangan, impor bahan baku industri dapat dipenuhi dari dalam negeri dengan adanya hilirisasi.
"Hilirisasi produk pertambangan juga akan meningkatkan nilai tambah yang pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan pemerintah dari pajak dan dividen," kata Budi.
Untuk diketahui BUMN Pertambangan hanya menguasai 7-30 persen dari total sumber daya dan cadangan di sektor minerba. Masih terdapat potensi besar lainnya seperti biji bauksit yang baru dikelola 13 persen, biji nikel hanya 20 persen, dan batubara 7 persen.