Dituduh Mempermainkan Rating, Standard & Poor's Tuai Gugatan 190 Juta Dolar AS
"Peringkat yang salah tentunya menyesatkan para investor sehingga investor yang dirugikan saat SCDO mengalami gagal bayar," ungkap Hutley
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Agung Jatmiko
TRIBUNNEWS.COM, SIDNEY - Hari ini, Senin (12/3/2018), pengadilan Australia membacakan gugatan dua pemerintah daerah dan dua dana pensiun kepada lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P).
Dua pemerintah daerah dan dua dana pensiun Australia ini menggugat S&P sebesar A$ 190 juta atau setara dengan US$ 150 juta, karena kehilangan uang akibat S&P yang dituding sengaja mempermainkan rating dalam instrumen Synthetic Collateral Debt Obligation (SCDO) ketika krisis subprime mortgage melanda Amerika Serikat (AS) satu dekade yang lalu.
Mengutip Reuters, pengacara yang mewakili para penuntut, Noel Hutley mengemukakan, S&P tidak memiliki dasar yang masuk akal ketika menetapkan rating yang tinggi pada SCDO dan bahwa model yang digunakan S&P untuk menilai instrumen ini adalah model yang cacat.
"Peringkat yang salah tentunya menyesatkan para investor sehingga investor yang dirugikan saat SCDO mengalami gagal bayar," ungkap Hutley dikutip Reuters.
Instrumen SCDO ini dijual di Australia lewat bank investasi AS dan mendapatkan rating AA dan AAA- dari S&P.
Baca: Bunga Citra Lestari Hadiahkan Kado Special untuk Ultah Ghea Indrawari
Baca: Penerimaan Sopir Baru Taksi Online Ditutup Sementara, Luhut Khawatir Mereka Tak Bisa Bayar Cicilan
Hutley mengatakan, jika peringkat yang disematkan ke SCDO menggunakan model yang benar tentu peringkatnya tidak akan sampai AA dan investor tidak mungkin menanamkan uangnya di instrumen seperti itu, apalagi investor seperti dana pensiun.
Jika ditemukan adanya kecurangan dalam penetapan tarif, maka akan terbuka kemungkinan adanya penyelidikan lebih jauh lagi mengenai keterlibatan S&P dalam krisis subprime mortgage.
S&P sendiri sejak lama mendapatkan kritik dari investor dan regulator. Sebab, S&P dibayar oleh emiten untuk melakukan penilaian.
Karena hubungan bos-klien inilah, banyak investor yang meragukan keabsahan penilaian S&P dan mencurigai adanya konflik kepentingan yang terjadi dalam proses pemeringkatan oleh S&P.