Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Saham Twitter Merosot Paling Rendah Dalam Empat Tahun Terakhir Akibat Turunnya Pengguna

Twitter mengungkapkan jumlah pengguna aktif saat ini sekitar 335 juta.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Saham Twitter Merosot Paling Rendah Dalam Empat Tahun Terakhir Akibat Turunnya Pengguna
business.financialpost.com
Logo Twitter 

Laporan Reporter Kontan, Ferrika Sari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saham Twitter Inc jatuh paling dalam selama empat tahun terakhir setelah perusahaan media sosial ini mengalami penurunan pengguna aktif bulanan hingga 1 juta di kuartal kedua, di bandingkan kuartal pertama tahun ini.

Penurunan tersebut diprediksi bakal berlanjut, karena pihak Twitter terus berjuang melawan spam, akun palsu dan postingan negatif.

Mengutip laporan Bloomberg Jumat (27/7/2018), Twitter mengungkapkan jumlah pengguna aktif saat ini sekitar 335 juta.

Meski jumlah itu naik 2,8% dari tahun lalu, namun perusahaan memprediksi pengunjung bulanan akan turun lagi di tahun ini.

Pihak Twitter menjelaskan, penurunan jumlah pengguna tersebut untuk membersihkan platform bermasalahan, kemudian untuk mengikuti aturan ketat di Eropa serta adanya perombakan terkait skema pelayanan melalui short message service (SMS).

“Kami yakin ini, ini demi kepentingan jangka panjang untuk meningkatkan kesehatan percakapan publik di Twitter. Kami juga tengah meninjau ulang sumber daya untuk mempersiapkan kebijakan privasi data di Eropa,” kata Twitter dalam rilis yang diperoleh Bloomberg.

Berita Rekomendasi

Dengan kondisi tersebut, pasar sepertinya tidak mau hanya menunggu dan melihat.

Setelah penurunan jumlah pengguna, saham Twitter langsung anjlok di angka 21% menjadi US$ 34,12 juta. Ini adalah penurunan saham tertinggi sejak Februari 2014.

Sebelumnya, Twitter melaporkan pendapatan bersih untuk kuartal kuartal II telah menyokong kenaikan saham sebesar 79% menjadi US$ 42,94 juta pada penutupan saham di hari Kamis (24/7/2018).

Namun perusahaan memperkirakan pendapatan tersebut belum terhitung bunga, pajak, depresiasai dan amortisasi sebesar US$ 235 juta, atau di bawah perkiraan rata-rata analis sebesar US$ 268 juta.

Kejadian tidak mengenakan bukan hanya dialami Twitter, tetapi juga Facebook Inc.


Perusahaan milik Mark Zuckerberg ini juga harus berjuang melawan penyalahgunaan sosial media, keberadaan akun mesin dan adanya keresahan pengaruh sosial media (sosmed) dalam kehidupan sehari-hari.

Terkait hal ini, CEO Twitter Jack Dorsey akan mengurangi postingan kasar atau negatif di platform dengan menggunakan mesin algoritma untuk mengidentifikasi akun spam secara otomatis.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas