Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ekonom: Rupiah Masih Akan Tertekan Tahun Depan, Tapi Asumsi APBN 2019 Sudah Tepat

"Pertama, suku bunga AS di tahun depan masih akan naik tiga kali lagi sampai Juni 2019. Rupiah masih akan mengalami tekanan karena ini," ujar Mikail

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Ekonom: Rupiah Masih Akan Tertekan Tahun Depan, Tapi Asumsi APBN 2019 Sudah Tepat
Tribun Jabar/GANI KURNIAWAN
Petugas teller memeriksa dan menghitung uang dolar AS yang dijual pengunjung di Golden Money Changer (GMC), Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung. 

Laporan Reporter Kontan, Grace Olivia 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Sepanjang pekan ini, nilai tukar rupiah terus menguat dan menjauhi level Rp 15.000 per dollar Amerika Serikat (AS).

Ekonom memproyeksi daya tahan rupiah ini akan sanggup berlanjut hingga pengujung tahun. Namun, itu tak serta merta berarti kurs rupiah aman dari bayang-bayang pelemahan di tahun depan.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail menilai, tantangan bagi kurs rupiah masih cukup banyak di tahun 2019. 

Dia menyatakan, keputusan pemerintah mematok asumsi rupiah di level Rp 15.000 per dollar AS dalam APBN 2019 sudah cukup tepat.

"Pertama, suku bunga AS di tahun depan masih akan naik tiga kali lagi sampai Juni 2019. Rupiah masih akan mengalami tekanan karena ini," ujar Mikail, Kamis (8/11/2018).

Baca: Enam Produk Perawatan Kendaraan Genuine Ini Bikin Mobil Mitsubishi Selalu Oke dan Kinclong

Selain itu, Mikail juga melihat belum adanya rencana pencabutan subsidi bahan bakar minyak (BBM) di tahun depan. Dengan begitu, neraca pembayaran pun masih akan terbeban dan transaksi berjalan masih akan mencetak defisit.

Berita Rekomendasi

Jika mengacu pada kurs rupiah di non-delivery forward (NDF), Mikail bilang, posisi rupiah untuk 12 bulan ke depan berada di level Rp 15.300 per dollar AS.

Baca: Tata Motors Pasok 30 Unit Truk Dapur Lapangan untuk Korps Brimob

"Jadi mungkin rata-rata nilai tukar rupiah tahun depan masih akan terdepresiasi ke arah sana karena biasanya mimicking dengan NDF," lanjut Mikail.

Senada, Pengamat Ekonomi Indef Bhima Yudhistira juga mengingatkan, faktor eksternal yang mempengaruhi rupiah di tahun depan tak hanya datang dari kebijakan moneter The Fed.

Bank sentral negara lainnya juga tengah mengambil ancang-ancang melakukan pengetatan moneter, antara lain Uni Eropa dan Jepang.

"Jadi bukan hanya pergerakan The Fed, melainkan juga rate dari G4 atau empat negara ekonomi terbesar dan arah gerak bank sentralnya yang akan mempengaruhi rupiah," ujar Bhima.

Baca: Dokter Mengeluh, Biaya Operasi Cesar Sebelum Ada BPJS Kesehatan Rp 6 Jutaan, Kini Cuma Rp 4,3 Jutaan

Adapun, Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri menyebut, target kurs rupiah yang dipatok bank pelat merah tersebut untuk tahun depan bahkan masih sebesar Rp 15.610 per dollar AS.

Sentimen defisit transaksi berjalan (CAD) dan ekspor yang belum optimal pulih masih membayangi kepercayaan investor terhadap mata uang Garuda.

"Tekanan-tekanan masih akan terasa di semester pertama, terutama jelang Pemilu," ujarnya.

Reny menilai, pemerintah harus terus mengevaluasi asumsi makroekonomi dalam menjalankan APBN 2019 untuk menyesuaikan dengan pergerakan kurs maupun harga komoditas dunia ke depan.

"Tapi sebaiknya, lihat dulu perjalanan kuartal pertama, seperti apa risiko-risiko yang harus dihadapi. Baru kemudian dievaluasi asumsinya," tandasnya.

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas