Sri Mulyani Yakin Perbankan Dalam Negeri Mampu Hadapi Ketidakpastian Ekonomi Dunia
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan perbankan dalam negeri mampu beradaptasi terhadap gejolak perekonomian global.
Penulis: Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa perbankan dalam negeri dalam kurun waktu 20 tahun terakhir mampu beradaptasi terhadap gejolak perekonomian global. Tantangan itu mampu dilalui kendati tidak mudah.
Hal itu mengemuka saat Sri Mulyani memberikan paparan di acara Indonesia Banking Expo 2018 di Jakarta.
Sri Mulyani mengatakan, tekanan yang berat dialami perbankan pada 2008 - 2009 ketika krisis ekonomi yang hampir mengancam perekonomian global. Namun, perbankan dalam negeri tetap bertahan di tengah perubahan harga komoditas yang cukup ekstrem.
"Perbankan dalam negeri resilient hadapi gejolak. Kita juga melihat 20 tahun terakhir, sejak krisis 1998, kita dihadapi suku bunga tinggi dan turun sama sekali mendekati nol dan sekarang merambat naik, saya yakin industri perbankan dapat menghadapi perubahan itu," kata Sri Mulyani, di Fairmont Hotel, Jakarta, Kamis (15/11/2018).
Sri Mulyani menyampaikan, perbankan Indonesia juga mampu berkembang dinamis kendati masih ada tantangan yang masih akan dihadapi Indonesia seiring tengah masih tingginya ketidakpastian ekonomi dunia.
Tantangan itu antara lain bersumber dari Amerika Serikat yang melakukan normalisasi kebijakan moneter, kebijakan fiskal yang pro-cyclical yang menyebabkan kenaikan suku bunga dan imbal hasil surat berharga Amerika Serikat yang berimbas ke seluruh dunia.
"Perekonomian glonal tidak akan mudah, pertumbuhan ekonomi dunia direvisi ke bawah dan hadapi downside risk. Ini akan berimplikasi ke seluruh negara," ujarnya.
Karena itu, bendahara negara mengatakan, industri perbankan tidak hanya harus mampu menyesuaikan, tapi juga harus terus berkembang dalam menghadapi tantantangan itu.
Perbankan Terus Beradaptasi
Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, perbankan nasional terus beradaptasi terhadap perubahan tersebut dan pada saat yang sama juga harus mempertahankan prinsip kehati-hatian dan kepatuhan pada regulasi serta mengelola risiko.
"Transformasi keuangan telah terjadi dan terus mengubah wajah perbankan di era yang semakin digital. Seiring revolusi industri berikutnya dan munculnya usaha-usaha rintisan yang berbasis digital, perbankan diharapkan dapat lebih efisien, lebih cepat, transparan, dan lebih customer-centric," kata Kartika Wirjoatmodjo.
Kartika menyebut, ada banyak perubahan sosial yang didorong di era digitalisasi, Sebagai dampaknya, di sisi industri keuangan saat ini customers cenderung melakukan transaksi melalui kanal digital atau berinterkasi dengan customer service menggunakan Chatbot.
"Kalau kita dalami lebih lanjut, transformasi ini sangat bermanfaat baik bagi masyarakat maupun bank. Masyarakat dapat melakukan transaksi tanpa perlu ke cabang atau ATM," ujar Kartika Wirjoatmodjo.
Kartika menyebut, hal itu akan menghemat biayatransaksi yang juga akan menguntungkan perbankan karena transaksi di online channel memiliki cost yang jauh lebih rendah. "Efisiensi dan efektifitas ini dalam jangka panjang diharapkan dapat memberikan dampak baik bagi industri keuangan dan pertumbuhan ekonomi," pungkas Kartika.(*)