Mengakselerasi Pertumbuhan di Era Ekonomi Digital
Bursa Efek Indonesia terus mengakselerasi pertumbuhan investor dan pendalaman pasar.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Hasanudin Aco
“Goal-nya transaksi makin meningkat karena pasar selama ini semakin nyaman ketika dananya lebih cepat ke rekening, makin cepat transaksinya semakin bagus,” kata Alfred, Rabu (21/11/2018).
Investor Terus Tumbuh
Bursa Efek Indonesia mencatat, sejak awal tahun ini, investor baru saham terus tumbuh, angkanya mencapai 200.935 single investor identification (SID).
Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per tanggal 19 November 2018 menunjukkan, total jumlah investor saham di BEI telah mencapai 829.426 SID. Jumlah tersebut meningkat 31,97 persen dibandingkan dengan total capaian jumlah investor di akhir 2017 sebesar 628.491 SID.
Sampai dengan akhir Oktober 2018, rata-rata investor aktif per bulan juga meningkat menjadi 126.240 SID atau naik 27,8 persen dibandingkan rata-rata investor aktif per bulan di 2017 sebesar 98.718 SID.
Dari sisi demografi, pertumbuhan investor baru tersebut tidak hanya berpusat di Jawa, tapi juga meluas ke Indonesia bagian timur. Menariknya, dari sisi demografi, kaum muda makin menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Milenial Kian Potensial
Direktur Pengembangan BE Hasan Fawzi mengatakan, investor muda terutama usia 18-25 tahun atau milenial menjadi yang tertinggi pertumbuhannya dalam 2 tahun terakhir, naik lebih dari dua kali lipat dibanding pada akhir tahun 2016. Pertumbuhan jumlah investor baru per bulan yang rata-rata melampaui 19.000 SID baru setiap bulannya.
“Investor saham per hari ini tumbuh 200 ribu. Usia di bawah 35 tahun itu pertumbuhannya paling cepat,” kata Hasan Fawzi, Kamis (22/11/2018) di BEI, Sudirman, Jakarta.
Adapun, untuk keseluruhan investor pasar modal, jumlahnya saat ini di angka 1,5 juta investor. Bursa menargetkan di tahun ini, jumlah investor akan meningkat menjadi 1,6 - 1,7 juta investor. “Mudah-mudahan akan bertambah karena tidak hanya terdiri dari investor saham. Akan ada kontribusi dari penambahan investasi di reksadana dan obligasi,” ujarnya.
Caesar Akbar, pekerja swasta di Jakarta, adalah salah satu contohnya. Ia adalah satu dari banyaknya generasi milenial yang mulai sadar akan investasi. Ia memutarkan uang tabungan miliknya di reksadana Tanamduit dan reksadana Tokopedia.
Kedua reksadana tersebut prognosanya berkisar 4 - 5,6 persen per tahun. Ia telah memulai berinvestasi di kedua platform tersebut sejak 6 bulan terakhir. “Kalau yang sudah diinvestasikan sekitar 2 juta perbulannya,” kata Caesar kepada Tribunnews.com, akhir pekan lalu.
Namun, ketika ditanya lebih lanjut, kenapa tidak memilih membuka rekening saham dan berinvestasi di instrumen tersebut, ia masih mempelajarinya, karena berinvestasi saham ada risikonya. “Profil saya cenderung konservatif, belum berani investasi di saham karena ada risiko loss,” tuturnya.
Otoritas Jasa Keuangan juga mendorong kian banyaknya generasi milenial berinvestasi di pasar modal yang sifatnya jangka panjang, tidak hanya jangka pendek. Hadirnya galeri Bursa Efek Indonesia yang ada di kampus-kampus diharapkan mampu menjaring minat dan mendorong peningkatan jumlah investor generasi milenial.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.