Tiga Alasan Tarif Tiket Pesawat Domestik Lebih Mahal dari Penerbangan Luar Negeri
Harga tiket pesawat ke luar negeri bisa lebih murah karena beberapa negara memberlakukan kebijakan insetif bagi maskapai yang mendarat di negaranya.
Penulis: Ria anatasia
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pekan lalu masyarakat dihebohkan dengan perbandingan harga tiket pesawat rute domestik lebih mahal dari rute internasional. Sebagai contoh, Jakarta-Denpasar lebih mahal dibanding rute dengan jarak tempuh serupa, yaitu Jakarta-Singapura. Kemudian Aceh-Jakarta harganya dua kali lipat dibanding Aceh-Kuala Lumpur-Jakarta.
Pengamat penerbangan Alvin Lie menyebutkan sejumlah faktor yang memengaruhi fenomena tersebut. Di antaranya adalah pengenaan pajak, pemberian insentif oleh negara lain serta perbedaan harga bahan bakar avtur.
Alvin Lie yang juga anggota Ombudsman RI itu mengatakan, tarif tiket pesawat rute domestik dan internasional itu tidak sebanding atau tidak apple to apple. Meski tarif ke luar negeri murah, masyarakat perlu mempertimbangkan waktu transit yang lama.
"Ini tuh harus apple to apple. Beda nya kalau lewat KL itu harus nunggu 10 jam karena transit. Selain itu pajak. Unsur domestik itu ada pajaknya, sedangkan kalau internasional tidak dikenakan pajak, ini yang harus kita perhatikan," kata Alvin dalam diskusi bersama INACA di Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Alvin mengungkapkan harga tiket pesawat ke luar negeri bisa lebih murah karena beberapa negara memberlakukan kebijakan insetif bagi maskapai yang mendarat di negaranya. Hal itu dikarenakan, maskapai dianggap membawa turis asing ke negara tersebut.
"Insentif ini masing-masing negara punya aturan sendiri-sendiri. Di Singapura itu memberikan USD 100 ribu per rute per airline, 50 persen in cash, 50 persen in kind. Jadi makin banyak airline kita yang terbang ke Singapura rute baru, makin banyak juga insentifnya," jelasnya.
"Ada juga misalnya maskapai Indonesia terbang ke Singapura, terbang lagi ke Bangkok. Itu boleh mengambil penumpang dari Singapura. Itu juga insentif. Ini merupakan keputusan politik dari negara tersebut untuk mendatangkan wisatawan, investor dan sebagainya," tambahnya.
Baca: Utang Luar Negeri Pemerintah Naik 4,4 Persen, Mencapai 180,5 Miliar Dolar AS Per November 2018
Faktor lainnya adalah harga avtur di luar negeri lebih murah dibanding di Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Garuda Indonesia sekaligus Ketua INACA, Ari Askhara mengakui ada perbedaan harga bahan bakar yang diisi di dalam dan luar negeri.
Baca: Cerita Tentang Doni Monardo dan Toyota Corolla Bekasnya
Harga avtur Pertamina, ia mencontohkan, lebih rendah di luar negeri karena menyesuaikan dengan harga pesaing yang jumlahnya lebih banyak.
"Fuel pertamina saya sebagai INACA ya, range memang jauh lebih kompetitif untuk internasional. Kalau domestik ke sama-sama maskapai nasional, lebih tinggi makin ke timur makin tinggi (harganya). Kalau internasional, apa yang dibeli di Madinah misalnya bisa lebih murah 16-21 persen dari di Jakarta, jadi tidak bisa tidak apple to apple," terangnya.