Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bappenas: Ekonomi Indonesia Tahun 2020-2024 Tumbuh di Kisaran 5,4-5,7 Persen

Menggandeng Asian Development Bank (ADB), Bappenas memetakan kebijakan untuk mendukung pembangunan sektor manufaktur Indonesia untuk 2020-2024.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Bappenas: Ekonomi Indonesia Tahun 2020-2024 Tumbuh di Kisaran 5,4-5,7 Persen
TRIBUNNEWS/SYAHRIZAL SIDIK
Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro 

Sayangnya, sebelum menikmati potensi keunggulan tersebeut, Indonesia mesti terlebih dahulu mengatasi persoalan yang menghambat sektor manufaktur selama ini, yakni rendahnya produktivitas dan kompleksitas produk hasil manufaktur dalam negeri.

Bambang menyebut, indeks kompleksitas ekonomi Indonesia berada dalam tren menurun dari tahun ke tahun. Penyebabnya, industri manufaktur Indonesia didominasi oleh pengolahan produk bernilai tambah rendah seperti minyak sawit dan batu bara.

Hal ini juga tecermin dari komoditas utama ekspor Indonesia yang justru makin mengarah ke produk non-manufaktur dari masa ke masa. Tahun 2018, komoditas utama ekspor Indonesia terdiri dari batu bara, minyak nabati, dan gas alam.

Selain menyeret indeks kompleksitas ekonomi, kondisi ini juga mengancam stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia lantaran harga komoditas mentah tersebut sangat rentan terhadap sentimen global dan bergerak dinamis.

"Kalau kita tidak melakukan sesuatu dengan ini, pertumbuhan ekonomi kita terancam turun bahkan ke bawah level 5% di tahun-tahun selanjutnya," tandas Bambang.

Kompleksitas produk manufaktur Indonesia yang rendah juga menyebabkan produktivitas sektor manufaktur minim. Ditambah lagi, tenaga kerja industri manufaktur saat ini didominasi 90,45% oleh pekerja berkemampuan rendah (low-skilled).

"Angkatan tenaga kerja Indonesia loncat dari sektor pertanian menuju sektor jasa yang umumnya tradisional. Mestinya, tenaga kerja tersebut berpindah dulu ke sektor manufaktur yang mengutamakan produktivitas tinggi, layaknya di negara-negara seperti China, Taiwan, dan Korea," kata Bambang.

Berita Rekomendasi

Untuk menghadapi persoalan-persoalan tersebut, Penasihat Departemen Penelitian Ekonomi dan Kerja Sama Regional ADB Jesus Felipe berpendapat, pemerintah perlu lebih serius mengajak sektor swasta untuk bersama-sama mengidentifikasi dan mengatasi masalah pembangunan sektor manufaktur modern.

"Pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama mendorong inovasi produk yag lebih bervariasi dengan konten teknologi yang lebih tinggi," kata Felipe.

Selain itu, sektor swasta juga memiliki peran penting untuk meningkatkan produktivitas ekonomi dari sisi tenaga kerja melalui proses upskilling melalui training maupun program vokasi oleh setiap perusahaan.

Sementara, Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan menilai, pemerintah selama ini tidak memiliki arah kebijakan yang jelas dan pasti dalam rangka mendorong industrialisasi.

Hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan sektor manufaktur jalan di tempat, sehingga beimbas pada pertumbuhan ekonomi nasional yang sulit melaju lebih tinggi.

"Kita sudah bicara hilirisasi selama 10 tahun terakhir, tapi tidak pernah jelas tools kebijakannya apa untuk ini? Pemerintah harus pilih dan benar-benar fokus apa yang mau dibangun untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang," kata Anton.

Kalau beberapa tahun terakhir pemerintah telah mengutamakan pembangunan infrastruktur, maka periode selanjutnya menjadi saat yang kritis untuk mentransformasi aspek lainnya seperti sistem logistik nasional. Anton menilai, sistem logistik selama ini juga menjadi salah satu penghambat kemajuan industri manufaktur dalam negeri dan membutuhkan perbaikan besar.

Halaman
123
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas