ANTAM Membukukan Laba Usaha FY18 Mencapai Rp1,85 Triliun, Tumbuh 208% Dibandingkan FY17
ANTAM mencatatkan pertumbuhan laba bersih tahun berjalan FY18 mencapai 541% menjadi Rp874,42 miliar.
Editor: Content Writer
PT ANTAM Tbk mengumumkan peningkatan kinerja operasi, penjualan dan keuangan yang signifikan pada tahun 2018. ANTAM mencatatkan pertumbuhan laba bersih tahun berjalan FY18 mencapai 541% menjadi Rp874,42 miliar dibandingkan dengan capaian laba bersih FY17 sebesar Rp136,50 miliar.
Pertumbuhan laba bersih yang positif terutama disebabkan pertumbuhan signifikan kinerja produksi dan penjualan komoditas utama ANTAM serta peningkatan efisiensi yang berujung pada stabilnya level biaya tunai operasi ANTAM.
Penjualan bersih ANTAM di FY18 tercatat sebesar Rp25,24 triliun, naik 99% dibandingkan penjualan bersih FY17 sebesar Rp12,65 triliun.
Kinerja keuangan ANTAM yang solid juga terefleksikan dari pertumbuhan Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) FY18 tercatat sebesar Rp3,33 triliun tumbuh 51% dibandingkan dengan capaian EBITDA FY17 sebesar Rp2,21 triliun.
Pertumbuhan Kinerja Keuangan ANTAM FY18 yang Solid didukung Kenaikan Kinerja Produksi dan Penjualan
Pada tahun 2018, ANTAM mencatatkan capaian produksi & penjualan feronikel dan penjualan emas tertinggi sepanjang sejarah Perusahaan. Sepanjang FY18, nilai penjualan bersih ANTAM tercatat sebesar Rp25,24 triliun dengan komoditas emas merupakan komponen terbesar pendapatan Perusahaan, berkontribusi sebesar Rp16,69 triliun atau 66% dari total penjualan bersih FY18.
Pada tahun 2018, ANTAM mencatatkan volume produksi feronikel sebesar 24.868 ton nikel dalam feronikel (TNi), naik sebesar 14% dari capaian FY17 sebesar 21.762 TNi dan penjualan feronikel mencapai 24.135 TNi, tumbuh sebesar 10% dibandingkan FY17 sebesar 21.878 TNi.
Peningkatan volume produksi dan penjualan feronikel sejalan dengan tercapainya stabilitas operasi produksi pabrik feronikel ANTAM di Pomalaa yang saat ini memiliki kapasitas produksi terpasang hingga 27.000 TNi per tahun.
Penjualan feronikel pada FY18 merupakan kontributor terbesar kedua dari total penjualan bersih ANTAM, dengan kontribusi sebesar Rp4,66 triliun atau 18% dari total penjualan bersih FY18.
Untuk komoditas emas, ANTAM mencatatkan capaian penjualan tertinggi sepanjang sejarah Perusahaan. Pada FY18, volume penjualan emas mencapai 27.894 kg (896.812 t.oz) atau naik signifikan sebesar 111% dibandingkan capaian FY17 sebesar 13.202 kg (424.454 t.oz) seiring dengan strategi pengembangan pasar emas baik domestik dan ekspor serta inovasi produk Logam Mulia ANTAM.
Pendapatan ANTAM dari penjualan emas di FY18 tercatat sebesar Rp16,69 triliun. Capaian penjualan bersih tersebut naik 126% dibandingkan penjualan bersih emas FY17 yang tercatat sebesar Rp7,37 triliun.
ANTAM mencatatkan total volume produksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung sebesar 1.957 kg (62.919 t.oz) pada tahun 2018.
ANTAM terus berupaya untuk meningkatkan penjualan emas dengan melakukan perluasan pasar. Sebagai upaya meningkatkan nilai tambah produk emas, pada tahun 2018, menandai peringatan Ulang Tahun ANTAM ke-50, ANTAM meluncurkan desain dan kemasan produk emas ANTAM-Logam Mulia (ANTAM-LM) yang baru.
Produk emas ANTAM-LM yang baru dilengkapi dengan teknologi CertiCard® untuk meningkatkan rasa aman masyarakat dalam berinvestasi emas batangan karena memberikan fitur keamanan berlapis.
Untuk meningkatkan jangkauan distribusi penjualan emas, pada tahun 2018, ANTAM dan PT Pos Indonesia (Persero) menyepakati untuk melanjutkan Kerjasama Penjualan Emas ANTAM di Kantor pos.
Dalam kerjasama lanjutan ini, pembelian emas ANTAM dapat dilayani di 205 Kantor Pos Pemeriksa di Indonesia. ANTAM merupakan satu-satunya gold refinery di Indonesia yang memiliki sertifikasi internasional London Bullion Market Association (LBMA).
Untuk komoditas bijih nikel, tercatat volume produksi FY18 sebesar 9,31 juta wet metric ton (wmt), atau naik sebesar 67% dibandingkan volume produksi FY17 sebesar 5,57 juta wmt.
ANTAM memproduksi bijih nikel untuk kebutuhan bahan baku pabrik feronikel Perusahaan, serta untuk memenuhi permintaan pasar domestik maupun ekspor.
Pada FY18, volume penjualan bijih nikel tercatat sebesar 6,33 juta wmt, atau naik sigifikan 116% dibandingkan volume penjualan FY17 sebesar 2,93 juta wmt.
ANTAM mencatatkan pendapatan penjualan dari bijih nikel di FY18 sebesar Rp2,93 triliun atau tumbuh sebesar 114% dibandingkan nilai penjualan bijih nikel pada periode FY17 sebesar Rp1,36 triliun.
Pada FY18, komoditas bauksit turut memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan kinerja operasional ANTAM. Capaian produksi bijih bauksit pada FY18 mencapai 1,10 juta wmt, naik sebesar 70% dibandingkan capaian FY17 sebesar 648 ribu wmt.
Sepanjang FY18, volume penjualan bijih bauksit mencapai 920 ribu wmt, naik 10% dibandingkan capaian penjualan bijih bauksit FY17.
Pada FY18 ANTAM mencatatkan pendapatan dari bijih bauksit sebesar Rp482 miliar naik 21% dibandingkan nilai penjualan bijih bauksit pada FY17 sebesar Rp398 miliar.
Laba kotor ANTAM di FY18 naik tajam sebesar 111% menjadi Rp3,47 triliun dibandingkan FY17 seiring dengan kenaikan nilai penjualan dan nilai beban pokok penjualan ANTAM di FY18 sebesar Rp21,76 triliun.
Dengan adanya peningkatan laba kotor, maka ANTAM dapat mencatat laba usaha sebesar Rp1,85 triliun atau naik 208% dibandingkan laba usaha FY17 sebesar Rp600 miliar.
Peningkatan laba usaha ini juga mendukung pencapaian laba bersih Perusahaan menjadi Rp874 miliar, naik signifikan sebesar 541% dibandingkan capaian laba bersih Perusahaan FY17 sebesar Rp136 miliar.
Peningkatan kinerja produksi dan penjualan yang signifikan serta upaya ANTAM untuk beroperasi pada tingkat biaya tunai produksi yang rendah pada tahun 2018 mendukung capaian positif EBITDA ANTAM menjadi Rp3,33 triliun tumbuh 51% dibandingkan capaian FY17 sebesar Rp2,21 triliun.
Proyek pertumbuhan ANTAM: On Track
Dengan nilai kas dan setara kas sebesar Rp4,29 triliun, ANTAM masih memiliki posisi keuangan yang cukup solid. Proyek kunci ANTAM saat ini yang mencakup Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) berjalan dengan on track dengan realisasi konstruksi 92% sampai dengan akhir FY18.
Direncanakan pabrik Feronikel Haltim (Line 1) memiliki kapasitas produksi sebesar 13.500 TNi dimana konstruksi pabrik direncanakan selesai pada Semester Pertama tahun 2019.
Nantinya dengan selesainya proyek pembangunan pabrik feronikel Haltim (Line 1) akan meningkatkan kapasitas total terpasang feronikel ANTAM sebesar 50% dari kapasitas produksi feronikel terpasang saat ini sebesar 27.000 TNi menjadi 40.500 TNi per tahun.
Sejalan dengan strategi ANTAM untuk meningkatkan nilai tambah komoditas mineral, terutama untuk mengolah cadangan bijih nikel kadar rendah, pada tahun 2018 Perusahaan menandatangani Head of Agreement (HoA) Proyek Pengembangan Pabrik Nickel Pig Iron (NPI) Blast Furnace Halmahera Timur dengan mitra strategis Ocean Energy Nickel International Pte. Ltd (OENI).
Proyek NPI Blast Furnace memiliki total kapasitas produksi mencapai 320.000 ton NPI atau setara dengan 30.000 ton nikel dalam NPI (TNi) yang terdiri dari 8 line produksi. Direncanakan dua line pertama akan memulai fase produksi pada Triwulan ke-4 tahun 2020.
Dalam hal pengembangan komoditas bauksit, saat ini ANTAM terus berfokus pada pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) bekerjasama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (Inalum) yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGA per tahun (Tahap 1).
ANTAM Menyelesaikan Restrukturisasi Kerjasama Patungan di PT Indonesia Chemical Alumina
Pada tahun 2018, ANTAM bersama dengan Showa Denko K.K (SDK) Jepang telah menandatangani akta perjanjian jual beli saham PT Indonesia Chemical Alumina (PT ICA) sebagai proses final dari pembelian keseluruhan saham SDK di PT ICA oleh ANTAM.
PT ICA ialah perusahaan yang mengoperasikan Pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan. Melalui proses ini, ANTAM secara resmi memiliki keseluruhan 100% saham di PT ICA dari posisi kepemilikan sebelumnya yaitu sebesar 80% dengan 20% kepemilikan saham sebelumnya dimiliki oleh SDK.
Transaksi jual-beli saham SDK di PT ICA kepada ANTAM dilakukan dengan nilai pembelian yang telah disepakati dalam perjanjian sebesar US$1,00 (Satu Dolar Amerika Serikat).
Dengan adanya transfer teknologi, pengembangan produk serta dukungan pemasaran, Perusahaan optimis komoditas alumina ANTAM tetap memiliki daya saing global dan dapat memberikan nilai ekonomi yang positif bagi Perusahaan dan para pemegang saham.
Jumlah Pemegang Saham ANTAM Tumbuh 27,68% Sepanjang Tahun 2018
Sepanjang periode Januari sampai dengan Desember 2018, kinerja positif saham ANTAM tercermin dari peningkatan jumlah investor yang menginvestasikan sahamnya di ANTAM, dengan pertumbuhan jumlah investor sebesar 27,68% dari 36.877 investor menjadi 47.085 investor pada akhir tahun 2018.
Saham ANTAM setiap harinya aktif diperdagangkan di BEI, sampai dengan periode Desember 2018 volume rata-rata perdagangan saham harian yang mencapai 74,79 juta saham dengan rata-rata nilai transaksi harian sebesar Rp62,01 miliar.
Kinerja saham ANTAM yang cemerlang pada tahun 2019, terefleksikan sejak awal tahun 2019 dengan harga penutupan saham pada akhir Februari 2019 sebesar Rp1.015 per saham, naik 32% dibandingkan harga penutupan saham ANTAM pada akhir Desember 2018 sebesar Rp765 per saham.
Pada tahun 2018, saham ANTAM menjadi bagian dari Indeks IDX Small-Mid Cap (SMC) Composite, Indeks IDX SMC Liquid, Indeks PEFINDO Investment Grade (i-Grade), Jakarta Islamic Index, Jakarta Islamic Index 70, Indeks Kompas100, Indeks IDX BUMN20 dan Indeks MNC36 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Saham ANTAM juga tetap menjadi bagian dari indeks IDX LQ45 dan Indeks IDX30 yang merupakan kelompok saham dengan tingkat likuiditas tertinggi di BEI. (*)