Kemristekdikti Kembangkan BBM Kelapa Sawit Tanpa Gas Metan
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) kembangkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis B100.
Penulis: Lendy Ramadhan
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Lendy Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) kembangkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis B100.
Hal tersebut dinyatakan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), M. Nasir di kantornya, Jalan Pintu Satu, Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (5/4/2019).
Lelaki kelahiran Ngawi 58 tahun lalu itu menjelaskan, B100 merupakan pengembangan dari BBM berbahan dasar Kelapa Sawit, B20.
Perbedaannya terletak pada campuran gas metan.
Baca: Kolaborasi dengan CVX, Delia Husein Jajal Dunia Tarik Suara
Bila B20 menggunakan campuran gas metan, sedangkan B100 tidak menggunakan campuran gas metan.
"Ini sedang akan kami luncurkan adalah start up di baidang energi. Bapak presiden Jokowi telah menyampaikan, sekarang dilakukan adalah B20, yaitu minyak kelapa sawit yang dicampur gas metan akan menghasilkan gasoline (bensin), diesel, maupun avtur. Kalau ini, tanpa dicampuri gas metan langsung bisa menghasilkan gasoline, diesel, maupun avtur yang disebut bukan B20, tapi B100. Setiap har," kata M. Nasir.
Guru Besar Universitas Diponegoro itu menjelaskan, bila pengembangan B100 berhasil dan diproduksi secara masal, maka negara bisa menghemat pengeluaran untuk impor BBM.
Selama ini, menurutnya negara terbebani biaya impor BBM sebesar Rp. 250 triliun.
"Setiap hari, kita itu impor BBM (Bahan Bakar Minyak) dari luar negeri sekitar 400 ribu barel. Setiap tahun, kalau di-Rupiah-kan sekitar Rp. 250 triliun. Kalau B100 diproduksi di dalam negeri, maka kita biasa menahan devisa sebesar Rp. 250 triliun," tambah M. Nasir.