Waduh, Harga CPO Merosot Lagi, Kini Sentuh Level Terendah
Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan permintaan yang lemah dan suplai yang membesar menjadi faktor turunnya harga CPO.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pergerakan harga crude palm oil (CPO) atau minyak sawit terus turun dan berada di bawah RM 2.000 per ton. Bahkan harga CPO mencapai rekor terendah.
Mengutip Bloomberg, harga CPO kontrak pengiriman Agustus 2019 di Malaysia Derivative Exchange pada Kamis (27/4) berada di level RM 1.963 per metrik ton. Harga ini melemah 0,15% dari hari sebelumnya sebesar RM 1.966 per metrik ton. Secara year to date (ytd), harga CPO sudah anjlok 10,5%.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan permintaan yang lemah dan suplai yang membesar menjadi faktor turunnya harga CPO.
Berdasarkan hasil survei tiga lembaga yakni Amspec Agri Malaysia, Intertek Testing Services, dan Societe Generale de Surveillance, ekspor minyak sawit Malaysia sepanjang 1 Juni-25 Juni turun 15,3%-17,8% dibanding periode sama bulan sebelumnya.
Sebaliknya, suplai minyak sawit semakin banyak. Mengutip data Malaysia Palm Oil Board (MPOB), total produksi minyak sawit Malaysia sejak Januari hingga Mei 2019 sudah mencapai 8,27 juta ton, atau naik 9,1% dari periode sama tahun 2018.
Baca: Peneliti LIPI Syamsuddin Haris: KPK Mending Bubar Saja Kalau Dipimpin Jenderal Polisi
Ibrahim bilang, ekspor CPO turun karena perlambatan ekonomi global yang disebabkan perang dagang Amerika Serikat (AS)-China. “Ekonomi China melemah jadi alasan utama, karena importir terbesar CPO,” kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Kamis (27/6).
Di sisi lain, kata Ibrahim, harga minyak sawit semakin tertekan setelah bulan lalu India menerapkan biaya impor yang cukup tinggi untuk minyak sawit. Maklum India adalah negara importir CPO terbesar kedua setelah China.
Baca: Susu Kental Manis untuk Kecantikan, Memang Bisa? Ini Caranya!
Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, harga CPO melemah lantaran ekspor minyak sawit ke Eropa masih teradang kampanye hitam CPO. Uni Eropa menyebut ladang CPO di Indonesia ilegal dan menyebabkan pemanasan global.
Selanjutnya, katalis akan datang dari pertemuan AS-China dalam agenda KTT G20 di Osaka, Jepang akhir pekan ini. Jika ada kesepakatan soal penyelesaian perang dagang, maka outlook pertumbuhan ekonomi China bakal membaik sehingga ada harapan ekspor CPO bertumbuh. Pun sebaliknya. “Terlalu banyak tekanan jadi saat komoditas lain rebound, minyak sawit malah melemah,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Kamis (27/6/2019).
Baca: 30 Tahun Jadi Sopir Bus Malam, Dede Wahyu Pernah Rasakan Tiga Pengalaman Mistis dan Mendebarkan Ini
Wahyu menambahkan, harga CPO juga tertekan pelemahan harga minyak kacang kedelai. Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), Kamis (27/6), harga minyak kacang kedelai turun 0,3% dalam penurunan sesi ketiga.
Secara teknikal, Wahyu mengamati indikator moving average (MA)5, MA100, dan MA200 berada di area negartif. Selanjutnya moving average convergance divergence (MACD) masih bearish. Kemudian stochastic dan relative strength index mengindikasikan jual.
Wahyu merekomendasikan jual CPO, dengan prediksi harga di kisaran support RM 1.930, RM 1.940, RM 1.950 per ton dan resistance di rentang RM 1.970, RM 1.980, dan RM 1.990 per ton. Sepekan ke depan, harga CPO akan bergerak di level RM 1.920-RM 2.000 per ton.
Sementara, Ibrahim meramalkan harga CPO cenderung terkoreksi di rentang RM 1.959-RM 1.973 per ton dalam sepekan depan.
Reporter: Yusuf Imam Santoso
Artikel ini tayang di Kontan dengan judul Harga CPO turun lagi dan menyentuh level terendah