Analis: Saham Bank Permata Sebaiknya Dijual dengan Harga Wajar
Rumor penjualan saham Bank Permata terus bergulir. Analis berharap sahamnya dijual dengan harga wajar.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rumor penjualan saham Bank Permata beremiten BNLI masih terus bergulir.
Kedua pemegang saham, PT Astra International Tbk (ASII) dan Standard Chartered sebaiknya menjual dengan harga wajar dan telah dinilai dengan baik.
Hal itu diungkapkan oleh analis senior sektor perbankan dan pasar modal dari CSA Research Institute, Reza Priyambada.
Menurutnya, kedua pemegang saham harus memberikan alasan yang jelas jika mau menjualnya dengan harga tinggi sehingga investor bisa menilainya dengan wajar.
Adapun harga saham BNLI per tanggal 5 November 2019 terus naik sampai ke angka Rp1.360 per lembar saham.
“Dari sisi penjual pasti ingin jual harga tinggi, sekarang sekitar Rp1.300-1.400-an. Yang jadi pertanyaan apa iya Bank Permata wajar dijual dengan harga segitu. Kalau tidak sesuai, maka investor akan bertanya-tanya,” kata Reza, Selasa (5/11/2019).
Reza lalu menilai bahwa naiknya harga saham Bank Permata salah satunya disebabkan oleh rumor yang beredar di pasar.
Itulah mengapa, Astra dan Standard Chartered harus memberikan kejelasan, berapa harga valuasi yang wajar untuk Bank Permata.
“Harga pasar itu harga yang bisa muncul karena rumor. Jadi mungkin saja ada yang melempar rumor ini agar saham tersebut jadi naik harganya. Itulah mengapa, mereka (Permata, Astra, dan Standard Chartered) harus memberikan kejelasan. Berapa harga valuasi yang wajar,” ujarnya.
“Harga tinggi yang ditawarkan harus jelas dikemukakan alasannya oleh shareholder Bank Permata. Sudah dihitung tim penilai atau belum, sehingga tim penilai akan lihat harga pantasnya berapa dan bisa diterima di pasar. Ada hitungannya, asetnya, potensinya, sehingga jelas kenapa harganya segitu. Jangan harga tinggi maunya dari penjual saja,” sambungnya lagi.
Pada kesempatan terpisah, Equity Fund Manager PT Majoris Asset Managemen, Halimas Tansil, juga berpendapat bahwa harga memang masih menjadi masalah utama ketidakcocokan penjualan saham BNLI.
“Sudah hampir setahun tapi tidak jadi-jadi. Sejauh ini, pembeli yang mundur alasannya karena harganya tidak cocok. Saya tidak tahu bagaimana persisnya pembicaraan mereka, tapi selalu tidak cocoknya di harga,” ucap Halimas.