Penyebab Harga Gula Melonjak Menurut Pengusaha Ritel
Roy Nicholas Mandey mengatakan kenaikan harga gula dilakukan oleh pengusaha ritel lantaran masih menunggu kucuran impor gula
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNJAKARTA.COM - Harga gula eceran sempat dikeluhkan warga lantaran melonjak tinggi.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey pun mengakui ada beberapa toko ritel yang menjual gula dengan harga tinggi.
Baca: Harga Gula Pasir Naik 40 Persen di Kota Ambon, Disperindag Pastikan Bukan karena Virus Corona
Bahkan, ada yang sampai dengan Rp 17.000 per kilogram.
Harga ini jauh di atas HET (harga eceran tertinggi) yang ditetapkan, yaitu Rp 12.500 per kilogram.
Roy Nicholas Mandey mengatakan kenaikan harga gula dilakukan oleh pengusaha ritel lantaran masih menunggu kucuran impor gula.
"Tidak bisa dipungkirilah pasti sudah ada (kenaikan harga), karena dari supplier distributor menjual (sudah) di atas Rp 11.900 per kilogram, sehingga harga kesepakatan ritel untuk menjual gula tidak di atas Rp 12.500 per kilogram," kata Roy di Pasar Induk Kramat Jati, Kamis (12/3/2020).
Roy mengatakan, kucuran impor gula sangat dibutuhkan bagi ritel untuk memberikan harga di bawah HET.
Namun tidak dipungkiri, pengusaha ritel juga memiliki anggaran untuk membayar operasional, sehingga kenaikan harga merupakan cara ritel agar tidak rugi.
"Ya dagang enggak ada hukumnya merugikan. Kita harus bayar pekerja, listrik, pajak dan sebagainya," ungkap Roy.
Meski demikian, masih ada pengusaha ritel yang menjual gula di bawah HET.
Ini karena pengusaha ritel yang masih memiliki stok dengan harga lama, sehingga harga jual masih stabil.
"Saat ini ada beberapa ritel modern, yang berkomitmen untuk menjual di bawah HET karena memang masih ada stok sisa dengan harga lama Rp 11.900 (harga beli)," jelasnya.
Saat ini, Aprindo sedang berkordinasi dengan kemendag dan satgas pangan untuk terus berkoordinasi dengan distributor dan suplier agar memahami kondisi yang terjadi.
"Harus ada pemahaman dan empati lah. supaya enggak ada pengusaha yang merugi. Kita juga peritel modern ingin saling pengertian. Kita berupaya menjaga HET, tapi kita tidak bisa men-drive market," tegasnya.