Pengamat: Skema Pemerintah Patahkan Anggapan Diskriminasi Pertanian
Ujang Paman Ismail menilai langkah pemerintah dalam mengelola sektor pertanian di tengah pandemi ini sudah sangat tepat.
Editor: Dewi Agustina
Menurut dia, kebijakan itu tak lepas dari tangan dingin Mentan Syahrul Yasin Limpo yang memiliki pengalaman dan track record kerja selama puluhan tahun.
"Peran Pak Syahrul dalam kebijakan ini sangat besar. Saya sangat yakin beliau yang mendorong pertanian kita menjadi lebih hebat, lebih maju, mandiri dan modern," katanya.
Terpisah, Dirjen Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto memastikan bahwa persediaan sayur untuk kebutuhan masyarakat selama pandemi corona dalam posisi melimpah.
Faktor ini, kata dia disebabkan karena petani terus melakukan produksi secara masif.
"Kalau ada pengamat yang cerita impor sayuran kita meningkat di tahun 2019, mungkin bisa dilihat lagi dari data BPS. Impor terbesar kita hanya terjadi pada bawang putih dan kentang industri," katanya.
Prohasto mengatakan, bawang terpaksa diimpor karena pasokan dalam negeri belum mencukupi kebutuhan masyarakat.
Terlebih bawang putih hanya tumbuh optimal di daerah sub tropis seperti China.
Baca: Ibu Zuraida Bersaksi Ungkap Sisi Lain Jamaluddin, Ucap Ini saat Lihat Bukti Kelakuan Anak: Saya Tahu
Meski demikian, dia memastikan bahwa produksi bawang nasional naik dari 49 ribu ton menjadi 88 ribu ton.
"Walaupun jumlahnya masih belum mencukupi kebutuhan nasional yang mencapai 580 ribu ton per tahun. Begitu juga dengan kentang industri, yang berbeda dengan jenis kentang sayur (granola). Jenis Granola kita malah sudah bisa ekspor. Jadi impor sayuran hanya pada komoditas sayur yang produksi kita masih rendah," katanya.
Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri menegaskan bahwa kondisi neraca perdagangan pertanian menurut data BPS saat ini dalam kondisi positif.
Walau begitu, impor dan ekspor adalah hal yang biasa karena dalam perdagangan internasional tiap negara memiliki keunggulan komparatif dan kondisi agroekologi iklim yang spesifik.
"Yang harus kita jaga adalah, neraca dagangnya menguntungkan bagi kita," katanya.
Untuk diketahui, perbandingan neraca perdagangan Indonesia dan China bisa dilihat dari nilai ekspor Indonesia tahun 2019 yang mencapai 3,89 miliar USD dan impor senilai 2,02 miliar USD.
Ini artinya neraca Indonesia di tahun 2019 surplus 1,87 Miliar USD dari China.
Baca: Jual Rokok Sekardus Isi Sampah, Pemuda Asal Jambi Babak Belur Dihajar Warga