Faisal Basri: Nilai Tukar Rupiah Sulit Menguat hingga Akhir Tahun
Faisal Basri menyampaikan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sulit untuk menguat sepanjang tahun ini.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Senior Indef Faisal Basri menyampaikan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sulit untuk menguat sepanjang tahun ini.
Faisal menjelaskan, rupiah saat ini berada pada rata-rata tahunan terendah sepanjang sejarah yakni di level Rp 14.636 per dolar AS.
"Jadi, rupiah tidak akan menguat, bahkan cenderung menurun. Sampai kemarin rata-rata rupiah tahun ini itu sudah lebih lemah dan terlemah sepanjang sejarah yakni Rp 14.636, bahkan di krisis sebelumnya sekalipun," ujarnya saat webinar, Selasa (16/6/2020).
Baca: Faisal Basri: Siap-siap, Pertumbuhan Ekonomi Bisa Minus 3,9 Persen
Menurutnya, pada awal pengumuman virus corona atau Covid-19 sebagai pandemi, rupiah merosot menjadi sekira Rp 16.700 per dolar AS.
Namun, pemulihannya dinilai sangat cepat dengan memanfaatkan penerbitan surat utang negara dalam bentuk mata uang dolar AS.
"Ini pulihnya luar biasa, hebat sekali rupiah karena apa? Karena utang pemerintah, utang keluarkan global bonds. Tarik utang dari berbagai lembaga internasional, sehingga dolarnya masuk, tapi bukan dolar dari darah dan keringat kita sendiri," kata Faisal.
Adapun,dia mengingatkan, karena rajinnya pemerintah berutang tersebut justru berpotensi semakin membuat rupiah terkapar ke depannya.
"Jadi, rupiah akan mengalami penurunan lagi, tidak ada prospek untuk menguat karena underlying faktornya yakni current account masih defisit. Ini tercermin dari cadangan devisa yang naik karena kita terbitkan utang atau menarik utang-utang baru lagi, bukan karena ekspor yang cuma naik 0,2 persen," pungkasnya.