Pusvetma Kementerian Pertanan Ekspor Perdana Vaksin Septivet ke Timor Leste
Vaksin Septivet ini digunakan untuk mengatasi penyakit ngorok atau Septichaemia Epizootica (SE) pada hewan besar seperti sapi, kerbau dan babi.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) yang merupakan UPT Bidang Kesehatan Hewan melakukan ekspor perdana vaksin Septivet ke Republik Demorakratik Timor Leste.
Vaksin Septivet ini digunakan untuk mengatasi penyakit ngorok atau Septichaemia Epizootica (SE) pada hewan besar seperti sapi, kerbau dan babi.
Vaksin Septivet yang diekspor ke Timor Leste sesuai permintaan sejumlah 63.000 dosis.
"Jumlah tersebut telah dipenuhi Pusvetma. Vaksin Septivet yang diekspor yaitu vaksin dengan kemasan 200 ml atau 100 dosis per botol. Vaksin ini dapat memberikan kekebalan pada sapi hingga 2 tahun," ujar Kepala Pusvetma Agung Suganda, Kamis (9/7/2020).
Agung menjelaskan, ekspor vaksin ini berawal dari kunjungan Direktur Jenderal Peternakan Timor Leste ke Pusvetma pada tahun 2019 dan tertarik dengan kualitas vaksin Septivet dan Vaksin Brucivet yang dimiliki Pusvetma.
Baca: Vaksin Covid-19 Belum Ditemukan, Masyarakat Diminta Patuhi Protokol Kesehatan
Timor Leste, lanjutnya, memutuskan mengimpor vaksin-vaksin tersebut guna mendukung program kesehatan hewan di negaranya.
Vaksin Septivet ini untuk mengatasi penyakit ngorok atau Septichaemia epizootica (SE) pada hewan besar yaitu sapi, kerbau dan babi sedsangkan vaksin Brucivet untuk mencegah penyakit keluron menular (Brucellosis) pada sapi.
Baca: Temuan Vaksin Covid-19 Harus Patuhi Uji Klinis dan Keselamatan Publik
"Namun dengan adanya pandemi covid-19 ini, permintaan vaksin Septivet yang diajukan ke Pusvetma hanya sejumlah 63.000 dosis. Kalau tidak sedang pandemi mungkin lebih," kata Agung.
Ditambahkan Agung, Pusvetma sendiri memang memiliki tugas utama dalam memproduksi vaksin hewan dan juga dituntut untuk selalu memberikan pelayanan prima dalam penyediaan vaksin berkualitas.
Sehubungan telah ditetapkan sebagai Badan Layananan Umum (BLU), Pusvetma dinilainya juga harus melakukan terobosan-terobosan untuk meningkatkan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kontrak kinerja.
Karena itu, satu terobosan yang saat ini dilakukan adalah bagaimana agar vaksin Pusvetma bisa menembus pasar ekspor khususnya negara-negara tetangga.
"Hal ini tentu sejalan dengan program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) yang dicanangkan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo," pungkas Agung.