Pertumbuhan UMKM Jadi Kunci Tekan Ongkos Logistik di Kawasan Timur
Pertumbuhan sektor UMKM berpotensi membuat ongkos logistik dari dan ke kawasan timur menjadi lebih efisien.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertumbuhan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) berpotensi membuat ongkos logistik dari dan ke kawasan timur menjadi lebih efisien.
Hal itu disampaikan Direktur Komersial PT Pos Indonesia Charles Sitorus saat webinar Katadata tentang perubahan pola konsumen belanja online, Selasa (14/7/2020).
Baca: UMKM Tidak Terdampak Covid-19 Tetap Bisa Manfaatkan Insentif Pajak
Baca: Pemerintah Berencana Perpanjang Insentif Pajak untuk UMKM
“Kadang masalahnya muncul begini, saat berangkat kirim ke sana (timur), barang ada tetapi saat hendak balik justru kosong. Maka, perlu kerja sama dengan pemerintah daerah untuk kembangkan UMKM di sana,” ucap Charles.
Menurutnya, aktivitas logistik dari dan ke Indonesia timur memang memiliki tantangan tersendiri dibandingkan dengan wilayah lain.
Hal ini tidak hanya dirasakan PT Pos tetapi juga perusahaan penyedia jasa logistik lainnya.
Tantangan yang dimaksud lebih soal transportasi.
Pengiriman dari dan ke kawasan Indonesia timur kerap tergantung kepada jalur udara alias pesawat.
Namun, jadwal penerbangan yang ada belum seramai lalu lintas udara di kawasan barat.
Menyadari potensi bisnis dari aktivitas belanja secara daring tersebut, PT Pos berusaha memperluas jangkauan layanan.
Charles menjelaskan, perseroan semula didesain untuk pengiriman dokumen dan surat, tetapi beberapa tahun terakhir memperkuat layanan di lini pengiriman paket dan jasa kurir.
“POS punya jaringan terluas di Indonesia, hampir seluruh kecamatan di Indonesia. Hal ini menjadi kekuatan luar biasa sebetulnya bagi kami. Kami juga terus perbaiki jaminan ketepatan waktu pengantaran barang,” kata Charles.
Di sisi lain, Dosen Universitas Multimedia Nusantara Zaroni mengutarakan bahwa ongkos logistik di Indonesia secara umum tergolong tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga, yakni berkisar 23 persen.
Beberapa rekomendasi dikemukakan untuk mengatasi kondisi ini, contohnya melalui perbaikan konektivitas transportasi terutama dari dan ke wilayah timur.
Menurut Zaroni, hal lain yang perlu diperhatikan pula adalah soal standardisasi barang kiriman alias paket.
“Standar pengemasan sebetulnya penting juga agar meningkatkan efisiensi ketika loading dan penumpukan barang di kontainer,” ucap Zaroni.
Dia juga menyinggung terkait digitalisasi logistik, misalnya dokumen logistik sebaiknya dapat diakses secara daring dan idealnya cukup satu saja.
Dengan begitu, tak perlu ganti dokumen beru setiap kali ganti moda transportasi. Langkah-langkah semacam ini, imbuh Zaroni, bisa menurunkan ongkos logistik sekitar lima persen.
Penguatan jaringan transportasi dan logistik di kawasan Indonesia timur selayaknya menjadi perhatian.
Pasalnya, tren belanja secara daring alias online semakin hari semakin menjadi tren di tengah masyarakat terutama dalam situasi pandemi Covid-19.