Peternak Kambing Etawa Apresiasi Program Gagasan Dua Kementrian
Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) bekerjasama dengan
Editor: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) bekerjasama dengan Kementerian Sosial pada tahun ini meluncurkan program Desa Ketahanan Sosial. Konsepnya adalah membina desa yang masuk dalam program tersebut dengan menerapkan hasil riset, teknologi dan inovasi untuk kemandirian ekonomi serta ketahanan dan kesejahteraan sosial masyarakat.
Pada tahap awal ini, dilaksanakan identifikasi permasalahan dan kebutuhan teknologi di masyarakat. Telah ada dua desa yang di survei pada Bulan September 2020, yakni Desa Nagrak Utara di Sukabumi pada pertengah September dan Desa Tlogoguwo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, pada Kamis 24 September 2020.
Kunjungan pertama di Sukabumi fokus mengidentifikasi potensi desa sebagai penghasil Kopi Sinagar, lain hal nya di Desa Tlogoguwo. Desa ini memiliki banyak potensi seperti kambing etawa, kopi, gula aren, madu lebah, cengkeh, durian, vanili dan potensi wisata. Sehingga membuat tim Kemenristek dan kemensos melakukan upaya yang lebih untuk menentukan produk unggulan yang akan dikembangkan teknologinya. Semua potensi tersebut dikunjungi langsung oleh tim dari kedua kementerian dan bertemu dengan seluruh pemangku kepentingan di desa, mulai dari perangkat desa, kelompok tani, dinas sosial dan masyarakat.
“Desa ini potensinya banyak sekali, mayoritas beternak Kambing Etawa. Hanya saja kita melihat ada banyak masalah yang dihadapi, diantaranya banyak digerakkan oleh orang orang tua dan minimnya generasi muda yang terlibat, peternak lebih suka budidaya pembibitan anakan dan kurang banyak yang menekuni pemerahan susu padahal memiliki potensi ekonomi yang lebih besar, terbatasnya ketersediaan pakan ternak saat musim kemarau, hingga minimnya penyuluhan dan marketing produk turunan kambing etawa. Ini menjadi pekerjaan rumah Kemenristek BRIN untuk mencari solusinya,” jelas Wihatmoko Waskitoaji, Kasubdit Pengembangan Sistem Jaringan Inovasi Kemenristek/BRIN di sela kunjunganya ke Desa Tlogoguwo.
Wihatmoko menyarankan, desa ini mulai menerapkan hasil riset dan teknologi kekinian dalam mengelola potensi yang ada agar hasil pengelolaan potensi lebih maksimal secara produksi dan ekonomi. Misalnya ada sentuhan teknologi dalam menyiapkan pakan berfermentasi sehingga menghasilkan produktivitas ternak berupa susu dan daging yang lebih tinggi. Dengan menerapkan teknologi pertanian dan perkebunan diharapkan banyak anak muda yang tertarik dan pekerjaan di desa tidak hanya didominasi orang tua.
Sementara itu Kepala Desa Tlogoguwo Mujoko menyampaikan, potensi desanya yang banyak menjadikannya belum fokus pengembangannya. Banyak kendala yang dihadapi, mulai dari sumber daya manusia, pengerjaannya masih sambilan, keterbatasan teknologi dan pengetahuan serta keterbatasan permodalan. Tentu saja keadaan ini memerlukan bimbingan dan dukungan semua pihak, khususnya Kemenristek/BRIN dan Kemensos.
Peneliti Senior Puslitbang Kemensos Mujiadi mengatakan, kunjungan ke beberapa desa ini sebagai langkah identifikasi dan pemetaan masalah yang dihadapi desa dalam membangun ketahanan dan kemandirian sosial. Setelah teridentifikasi masalahnya, kemenristek/ BRIN dan Kemensos bisa mengembangkan solusi dan membantu masalah yang dihadapi.
Secara keseluruhan masyarakat di Desa Tlogoguwo sangat mengapresiasi program yang digagas kedua Kementerian ini. Mereka sangat berharap kelak teknologi yang diaplikasikan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.