Indonesia Pinjam 1,5 Miliar Dolar ke Australia untuk Tangani Pandemi Covid 19
Sri Mulyani mengatakan, pinjaman tersebut dengan masa pembayaran kembali selama 15 tahun yang merupakan wujud kerja sama strategis
Editor: Choirul Arifin
Perry memperkirakan defisit transaksi berjalan tahun ini berada di level rendah
yakni di bawah 1,5 persen dan tahun depan di kisaran 1,5 persen.
"Tahun depan itu kurang lebih sekira 1,5 persen, sehingga secara keseluruhan
mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," ujarnya.
Perry juga menyebut beberapa indikator premi risiko seperti The Volatility Index (VIX)
maupun Credit Default Swap (CDS) menurun, terutama di bulan November 2020
setelah Pemilihan Presiden (Pilpres) di Amerika Serikat (AS).
Ia mengatakan, ketidakpastian di pasar keuangan global juga mulai menurun, meskipun masih tetap tinggi.
"Hal ini karena berbagai faktor faktor geopolitik maupun risiko untuk second wave atau
gelombang kedua pandemi Covid-19," ujarnya.
Perry menjelaskan, hasil Pilpres AS dengan Joe Biden sebagai Presiden terpilih
membuat aliran modal asing masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Pilpres AS ini juga membawa beberapa perbaikan dan berkaitan dengan aliran portofolio asing ke emerging market, maupun juga harga obligasi dan harga saham," katanya.
Kemudian, dampak Pilpres AS terasa sampai ke pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sudah menyentuh Rp 14.000 per dolar AS.
"Tekanan-tekanan terhadap nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia sedikit mereda meskipun memang ketidakpastiannya berlanjut," pungkas Perry.(Tribun
Network/van/wly)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.