Pasokan Kedelai Dinilai Aman untuk Kebutuhan Nasional di Tengah Lonjakan Harga Pasar Global
Perkembangan harga kedelai di Indonesia selama November 2019-Juli 200, lebih banyak dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis menilai, pasokan kedelai nasional diperkirakan akan aman untuk memenuhi kebutuhan kedelai rata-rata 2,5 - 2,6 juta ton per tahun.
Dari jumlah itu, 90 persen kebutuhan kedelai nasional dipenuhi oleh kedelai impor dan 10 persen sisanya oleh pasokan kedelai lokal.
Ibnu Eddy Wiyono, Indonesia Country Director Consultant to U.S. Soybean Export Council, Minggu (10/1/2021) mengatakan, konsumen tempe dan tahu terbesar di Tanah Air berada di Pulau Jawa 85% dan 15% tersebar di Pulau Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua.
"Rata-rata importir menyediakan stok 1-2 bulan, jadi aman hingga Februari 2021. Bagaimana setelah itu? Saya perkirakan masih terjaga karena tahun 2021 kondisinya lebih baik dari 2020," ujarnya.
"Tren data pengapalan kedelai di pelabuhan terus meningkat sejak September hingga Desember 2020 dari 730 ribu ton menjadi 760 ribu ton," imbuh Ibnu Eddy Wiyono.
Baca juga: Mentan Siap Genjot Produksi Kedelai Lokal
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto sebelumnya telah menyatakan stok kedelai cukup untuk kebutuhan industri tahu dan tempe nasional.
Berdasarkan data Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), para importir selalu menyediakan stok kedelai di gudang importir sekitar 450.000 ton.
Baca juga: Gelar Operasi Pasar, Kementan Patok Harga Kedelai Impor Rp 8.500 Per Kilogram
"Apabila kebutuhan kedelai untuk para anggota Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) sebesar 150.000 - 160.000 ton/bulan, maka stok tersebut seharusnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan 2-3 bulan mendatang," kata Suhanto 31 Desember 2020 lalu.
Penyebab Kenaikan
Kenaikan harga kedelai impor dipengaruhi sejumlah faktor global, terutama supply dan demand.
Perlu diketahui, Amerika Serikat (AS), Brazil, dan Argentina adalah produsen kedelai terbesar dunia dengan penguasaan pasar 90%.
Selain itu, harga komoditas kedelai di Bursa Berjangka Chicago juga naik. Begitu halnya biaya logistik atau angkutan kapalnya juga naik.
"Hal ini bisa dipahami karena selama pandemi, kapal-kapal Tiongkok tidak bisa berangkat (pulang pergi) ke Amerika karena Lockdown sehingga terjadi delay dan pasokan barang terbatas," ujar Ibnu Eddy Wiyono.
Dua penyebab