Menkeu AS Telepon Sri Mulyani, Ingin Perdalam Kerjasama Multilateral dengan Indonesia
Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyampaikan niatnya untuk memperdalam kerja sama regional dan multilateral dengan Indonesia.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menyampaikan niatnya untuk memperdalam kerja sama regional dan multilateral dengan Indonesia.
Hal tersebut disampaikan selama panggilan telepon dengan Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani awal pekan ini, kata Departemen Keuangan AS.
Dalam panggilannya dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani, Yellen menggarisbawahi keinginannya untuk memperluas hubungan antara kedua negara.
"Tujuannya untuk mengatasi tantangan seperti perlunya pemulihan yang kuat dari pandemi Covid-19 dan upaya global untuk mengatasi ancaman perubahan iklim," tulis Reuters, dilansir Kamis (11/3/2021).
Baca juga: Rapat dengan Menkeu, Legislator PKS Tekankan Insentif Pajak Harus Tepat Sasaran
Sayangnya, Janet Yellen menyampaikan, tidak ada detail yang segera tersedia untuk dibuka sesegera ini.
Baca juga: Lapor SPT, Sri Mulyani Imbau Wajib Pajak Jangan Tunggu Sampai Hari Terakhir
Sebagai bagian dari kelompok G-20, Indonesia telah memainkan peran kunci dalam diskusi tentang masalah-masalah.
Di antaranya, keringanan utang bagi negara-negara miskin yang sangat terpukul oleh pandemicdan kebutuhan untuk bergerak maju dengan langkah-langkah perubahan iklim.
Sementara, AS dan Indonesia bertemu secara teratur untuk membahas masalah-masalah bilateral di bawah perjanjian Kerangka Kerja Perdagangan dan Investasi bilateral tahun 1996.
Perdagangan barang dan jasa AS dengan Indonesia mencapai 31,8 miliar dolar ASpada 2019, menurut data kantor Perwakilan Dagang AS.
"Upaya untuk memerangi perubahan iklim diharapkan memainkan peran kunci ketika para menteri keuangan G-20 bertemu kembali melalui konferensi video pada awal April sehubungan dengan pertemuan musim semi Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia," tutup keterangan tersebut.