KKP Ungkap Penyebab Fenomena 52 Ekor Paus Pilot Sirip Pendek Terdampar di Bangkalan
Haeru Rahayu mengungkap penyebab fenomena 52 ekor paus pilot sirip pendek terdampak di Pantai Modung, Kabupaten Bangkalan
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
![KKP Ungkap Penyebab Fenomena 52 Ekor Paus Pilot Sirip Pendek Terdampar di Bangkalan](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/penyampaian-hasil-investigasi-kejadian-terdamparnya-52-ekor-paus.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Tb Haeru Rahayu mengungkap penyebab fenomena 52 ekor paus pilot sirip pendek terdampak di Pantai Modung, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, 18 Februari 2021.
Menurutnya, paus pilot mendapatkan sensor yang salah dari pemimpinnya sehingga mereka berbelok dan terdampak.
Baca juga: Tangkap 67 Kapal, KKP Perlu Perluas Lingkup Pengawasan
"Paus pilot ini memiliki ikatan sosial yang sangat tinggi sekali. Jika pimpinannya melangkah ke kanan maka pasukan lainnya ikut ke kanan meskipun salah. Ini yang menarik buat kita semua," kata Tb. Haeru dalam konferensi pers Penyampaian Hasil Investigasi Kejadian Terdamparnya 52 Ekor Paus Pilot Sirip Pendek di Jakarta, Senin (12/4/2021).
KKP telah membentuk tim untuk berkoordinasi dengan Tim Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga untuk mengusut persoalan fenomena ini.
KKP juga sudah menguburkan bangkai paus-paus tersebut untuk menghindari polusi udara yang ditimbulkan terhadap warga pesisir.
"Kami kemudian melakukan langkah-langkah konkret. Informasinya karena mengalami disorientasi atau kelainan di sensornya sehingga kalau pemimpinnya salah arah diikuti oleh lainnya, sementara yang lainnya karena dehidrasi dan kelelahan sehingga mati masal," jelasnya.
Ke depan, KKP akan mengundang semua pakar terkait paus untuk mengantisipasi hal ini terjadi.
"Kalaupun terulang kita akan tekan tingkat magnitusinya dan bisa jadikan benchmarking,” imbuhnya.
Dirjen PRL berjanji akn meningkatkan Indeks Kesehatan Laut Indonesia (IKLI) yang saat ini masih berada di angka 65 persen, jauh dari standar yakni 100 persen.
"Kematian paus secara massal ini agar IKLI kita semakin meningkat dan kasus serupa tidak terjadi lagi," tambah Tb. Haeru.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.